Tuesday, November 1, 2011

Heru, Teman Suamiku - 5

Akhirnya seluruh batang kemaluannya yang kekar besar itu tertelan kedalam lorong kenikmatanku, memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir vaginaku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Heru mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan, "..oouch.. niikmaat.. heeruu..!!" aku pun tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh kenikmatan.


"hh.. sshh.. hh.. Heerruu.. oohh ..suungguuhh.. niikmmaat sahyangghh.." Heru membalas dengan pertanyaan "Ohh.. Hestyy nikmatan mana dengan penis suamimu..?" otakku benar benar terhipnotis oleh kenikmatan yang luar biasa..! jawabanku benar benar diluar kesadaranku "Ohh ssh Heruu. penismu besaar sekalii..! jauh lebih nikmaat ..!! Heru makin gencar melontarkan pertanyaan aneh aneh, "..hh..Hesty lagi diapain memekmu sama kontolnya Heru..?" aku bingung menjawabnya, "Bilang lagi dientot..!" Heru memaksaku untuk mengulangnya, tapi dasar aku lagi terombang ambing oleh buaian birahi akupun tidak malu malu lagi mengulangnya "hh.. hh.. sshh.. mmhh..lagi dientot sayaang.."


Terus menerus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah Heru kembali menari di putingku yang memang gatal memohon jilatan lidah kasarnya. Aku benar benar menikmati permainannya sambil meremas-remas rambutnya. Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat makin menjadi jadi merebak berpusat dari vagina dan putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga terasa seakan tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar menggenjot vaginaku dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang mencengkeram erat.


Hisapan dan jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar kata kataku semakin vulgar. "Ahh.. Ouchh.. entootin terus sayaang.. genjoott.. habis memekku..!! genjoott.. kontolmu sampe mentok..!!" Ooohh.. Herruu.. bukan maiin.. eennaaknyaa.. ngeentoot denganmu..!!" mendengar celotehanku, Heru yang kalem berubah menjadi semakin beringas seperti banteng ketaton dan yang membuat aku benar benar takluk adalah staminanya yang bukan maiin perkasaa.., tidak pernah kudapatkan seperti ini dari suamiku.



Aku benar benar sudah lupa siapa diriku yang sudah bersuami ini, yang aku rasakan sekarang adalah perasaan yang melambung tinggi sekali yang ingin kunikmati sepuas puasnya yang belum pernah kurasakan dengan suamiku. Heru mengombang ambingkan diriku di lautan kenikmatan yang maha luas, seakan akan tiada tepinya.


Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang begitu dahsyatnya menggulung diriku "Ngghh.. nghh .. nghh.. Heruu.. Akku mau keluaar..!!" pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, Heru mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluannya dalam dalam dengan memutar mutar keras sekalii.. Clitorisku yang sudah begitu mengeras habis digencetnya. "..aacchh.. Heruu.. niikmaat.. tekeen.. teruuss.. itilkuu..!!"


Ledakan kenikmatan orgasmeku terasa seperti 'forever' menyemburkan lendir orgasme dalam vaginaku, kupeluk tubuh Heru erat sekali wajahnya kuciumi sambil mengerang mengerang dikupingnya sementara Heru terus menggerakkan sambil menekan penisnya secara sangat perlahan, di mana setiap mili penisnya menggesek dinding vaginaku menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa kulontarkan dengan kata kata.


Beberapa detik kenikmatan yang terasa seperti 'forever' itu akhirnya berakhir dengan tubuhku yang terkulai lemas dengan penis Heru masih di dalam vaginaku yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Heru mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan penisnya yang masih besar dan keras di dalam vaginaku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah.


BERSAMBUNG - - -

No comments:

Post a Comment