Tuesday, November 29, 2011

Selingkuh dengan Mertua

Gairah kelelakian Pak Suryo yang terpendam kepada Adinda memang menuntut karena sang menantu makin dipandang makin menggiurkan saja. Ditahan makin lama makin meluap dan ketika dicoba mengutarakannya dengan memancing-mancing sambil mengobral banyak pemberian nampaknya tidak ada penolakan dari Adinda, dengan sendirinya kelanjutan ke arah hubungan terlarang ini menjadi semakin mulus.

Tidak bisa disalahkan, Adinda yang latar belakangnya binal kalau sudah terlalu dekat apalagi sudah terlalu banyak dibanjiri hadiah sang mertua, maka kesadarannya pun cepat saja jadi buntu ketika itu. Jelas, karena sebenarnya bukan baru dimulai saat itu saja tapi dari awalnya Adinda memang sudah diincar oleh Pak Suryo dan Adinda sendiri juga sudah menaruh perasaan tertarik kepada bossnya yang simpatik ini. Cuma saja karena keburu diserobot duluan oleh Mas Indra yang lebih ngotot maka perasaan hati keduanya sempat tersendat dan sekarang mulai terungkit kembali. Menggelegak semakin hari semakin matang sampai kemudian di suatu sore yang merupakan penentuan ketika Pak Suryo mencoba sedikit nekat untuk menangkap menantu cantik ini dalam pelukannya tapi kali ini disertai dengan menyosor bibir Adinda.

“Hffmmm.. hghh..” Adinda mengejang tersumbat mulutnya oleh lumatan nafsu Pak Suryo tapi begitupun dia tidak berontak. Ada beberapa saat dia ikut terhanyut dalam asyiknya berciuman bergelut lidah dan ketika cukup untuk saling melepas, terlihat air mukanya merah merona.
“Bapak nekatt..” komentarnya malu-malu geli.
“Abisnya kamu ngegemesin Bapak sih..”

Itu awal pertama percobaan Pak Suryo. Tentu saja melihat ada lampu hijau seperti ini jelas membuatnya lebih berani lagi. Dia sudah mulai mencari simpati dengan cerita tentang Bu Suryo yang mulai kurang memberinya kebutuhan penyaluran seks. Dan ternyata meskipun tidak terucapkan tapi dari mimik wajah Adinda tertangkap oleh Pak Suryo bahwa sang menantu ini mulai terpengaruh prihatin kepadanya. Terbukti ketika pada kesempatan hari berikutnya dia mengulang lagi memeluk dan mengajak berciuman tapi kali ini sambil sebelah tangannya menggerayangi bagian-bagian kewanitaan Adinda, mulai dari kedua susunya sampai kemudian menyusup ke selangkangan, meremas gemas bukit vaginanya, lagi-lagi tidak ada penolakan dari sang menantu cantik ini. Seperti yang pertama Adinda juga membiarkan sebentar dan ikut terhanyut oleh ajakan berciuman yang hangat bernafsu ini, hanya saja ketika terasa akan terlupa daratan segera dia minta melepas ciuman.

“Pak jangan sekarang.. Adinda takut kalo ketauan..” bisiknya cemas karena sudah terasa jari nakal Pak Suryo menyusup mengorek-ngorek di celah kemaluan di bagian klitorisnya. Mendapat peringatan ini Pak Suryo pun seperti tersadar dan melepaskan Adinda.

“Heehh.. nanti kalau ada kesempatan Bapak ke kamarmu, ya?” katanya masih sempat memesan.
Adinda hanya mengiyakan dan segera berlalu dari situ meninggalkan Pak Suryo yang meskipun masih nampak penasaran tapi dalam hatinya lega karena yakin bahwa pada kesempatan berikut tentu dia pasti dapat meniduri menantu cantik ini.

Suatu hari Mas Indra akan dinas keluar kota, pagi-pagi buta itu Adinda sudah kembali naik tidur setelah mengantar Mas Indra cuma sampai di pintu kamar untuk berangkat ke airport. Membanting tubuhnya lemas karena Mas Indra masih sempat mengajaknya bermain cinta sesaat sebelum berangkat.Ketika setengah layap-layap itulah dia dihampiri Pak Suryo yang masuk ke kamarnya tanpa sepengetahuannya. Begitu datang Pak Suryo yang rupanya sudah lama menunggu kesempatan baik ini langsung ikut naik berbaring dan mulai menggerayangi tubuh Adinda yang masih bertelanjang bulat dan hanya menutupi tubuh atasnya dengan sehelai kain. Adinda sempat mengira bahwa itu Mas Indra lagi tapi segera tersadar karena perbedaan yang nyata di antara kedua lelaki itu. Mas Indra agak kecil sedang Pak Suryo yang pendek itu besar gempal tubuhnya. Adinda jadi kaget.

“Ehh Bapakk?! kaget aku Paak.. kirain siapa.”

“Ah masak sama Bapak nggak kenal, kan Bapak sudah pernah bilang mau nyusul ke sini kalo ada kesempatan.”

“Abis nggak kedengaran masuknya, tapi Ibu mana Pak?” kata Adinda yang karena merasa tidak bisa menghindar lagi, dia bergerak bangun maksudnya akan mencuci dulu bekas-bekas dengan Mas Indra.

“Ibu masih pules, nggak bakalan tau kalau Bapak ke sini..” tukas Pak Suryo yang rupanya sudah tidak sabaran lagi langsung menahan Adinda bangun.

Tanpa memberi kesempatan bicara bagi Adinda, dia sudah menyerbu perempuan itu dengan bernafsu. Mencium langsung melumat bibirnya sambil dibarengi remasan-remasan gemas di mana pun bagian tubuh sang menantu yang cantik menggiurkan ini terpegang tangannya. Adinda gelagapan sesaat, tapi lagi-lagi dia mengalah mencoba mengerti emosi nafsu laki-laki setengah umur yang menurut pengakuan kepadanya sudah jarang diberi penyaluran seks oleh istrinya. Pasrah saja dia membiarkan Pak Suryo dan malah ikut mengimbangi lumatan laki-laki itu sama bernafsunya meskipun kelanjutannya agak membuat risih juga karena serbuan-serbuan Pak Suryo benar-benar kelewat rakus. Dari saling bertemu bibir ciuman Pak Suryo menurun melanda kedua susunya, di sini hanya berhenti beberapa saat untuk mengisap kedua puncak bukit kembar itu dan sebentar menjilati putingnya lalu kemudian diteruskan lebih ke bawah melewati perut Adinda yang datar itu sampai kemudian mendarat di vaginanya.

Ini yang agak terasa kurang sreg bagi Adinda karena Pak Suryo seperti pura-pura lupa bahwa lubang itu masih belum sempat dicucinya, tapi dia enak saja mengerjai bagian itu dengan jilatan-jilatannya bahkan juga disedot-sedotnya. Mau dia mencegah tapi Pak Suryo masih lebih ngotot di situ malah semakin coba ditolak, semakin keras juga Pak Suryo bertahan. Terpaksa Adinda diam saja sampai akhirnya dia sendiri terbawa tidak perduli karena vaginanya yang dikerjai mulut lelaki memang merangsang nafsunya dengan cepat.
“Aasshhg.. hngghh.. ssshhhg..” kontan melintir, bergeliat-geliat dia oleh kilikan jilatan di klitorisnya yang begitu menggelitik geli-geli enak dan sodokan-sodokan ujung lidah di lubangnya yang begitu membuatnya penasaran, sementara Pak Suryo tambah bersemangat memainkan kepintaran mulutnya. Menyosor seolah-olah ingin menyembunyikan wajahnya tenggelam di lubang menganga milik menantunya ini. Padahal Adinda baru saja terpuaskan dalam sanggama bersama Mas Indra, tapi rangsangan sang mertua ini begitu luar biasa menaikkan kembali birahi nafsunya seolah-olah tenaga untuk bercinta datang berlipat ganda. Masih beberapa saat Pak Suryo membakar bara nafsu Adinda, baru ketika dilihatnya sang menantu cantik ini sudah matang dituntut birahinya di situlah Pak Suryo berhenti dan mempersiapkan batangannya. Sudah cukup tegang, tinggal membasahi sedikit dengan ludahnya untuk kemudian dituntun menempel di mulut lubang, langsung ditusuk masuk.

“Hhgghh..” sekali lagi Adinda mengejang kali ini oleh sodokan penis Pak Suryo. Tapi karena sudah cukup siap dia bisa langsung menerima batang yang sebenarnya masih asing baginya. Malah tuntutannya kepingin cepat terpenuhi, dia pun ikut menyambut dengan memutar pantatnya membuat batang Pak Suryo terasa seperti disedot masuk, cepat saja amblas ke mulut vagina yang lapar itu. Tapi begitu tertanam dalam, mulutnya langsung menganga kaku menahan pinggang Pak Suryo agar sodokan jangan berlanjut dan ini dipenuhi Pak Suryo karena memang batangnya sudah tertanam habis. Menunggu sesaat sampai Adinda kelihatan sudah agak mengendor barulah Pak Suryo menyambung dengan gerak memompa keluar masuk penisnya pelan-pelan.

Adinda sendiri masih sedikit tegang wajahnya dalam usaha menyesuaikan diri dengan sodokan-sodokan Pak Suryo tapi cuma sebentar, karena rasa baru yang diterimanya cepat saja membuainya, sama cepat seperti barusan dia dirangsang mulut Pak Suryo di vaginanya. Ada yang luar biasa pada milik mertuanya ini sehingga Adinda mengalihkan pandangannya ke bawah ingin lebih jelas apa yang menjadi penyebabnya. Karena bukan hanya bisa membuat daya rangsangan yang begitu besar dengan teknik mulutnya tapi juga memberi pemenuhan yang pas untuk tuntutannya. Yaitu dari dalamnya batang yang menyumbat lubang vaginanya terasa ukurannya agak berlebih dari yang biasa dialaminya dengan Mas Indra.

Pak Suryo bisa membaca pikiran Adinda. Dia merenggang sedikit dan mencabut batangnya agak panjang memberi kesempatan Adinda memperhatikannya. Meskipun tidak terlalu jelas karena ruangan hanya diterangi lampu dinding kecil tapi masih bisa tertangkap mata Adinda yang begitu melihat langsung meringis wajahnya.
“Hhsssh Bapaakk.. dalemm bangett Paak..” spontan keluar komentar kagumnya memaksudkan penis Pak Suryo yang memang lebih panjang meskipun tidak lebih besar dari milik Mas Indra. Memang, Adinda sudah pernah tidur dengan beberapa lelaki tapi dia mengakui juga ukuran penis sang mertua yang cukup mantap ini.
“He.ehh.. tapi kan nggak sakit?” kata Pak Suryo sambil menurunkan tubuhnya agak menempel karena khawatir dengan ukuran panjangnya ini Adinda berubah pikiran minta batal sampai di sini. Padahal tidak perlu. Adinda cuma berkomentar bukan berarti ngeri. Justru dia merasa batang itu memberi keasyikan lebih dengan ukurannya yang tidak seperti biasa didapat dari suaminya. Terbukti ketika Pak Suryo mulai menggesek baru dua tiga gerakan ternyata sudah mendapat sambutan menyenangkan dari si cantik yang segera jadi bergairah merangkul leher Pak Suryo berikut kedua kakinya naik membelit paha sebagai tanda bahwa dia menyukai disetubuhi penis Pak Suryo ini.

Inipun jelas terbaca dari mimik muka Adinda, malah tidak sungkan-sungkan mengutarakannya ketika dipancing Pak Suryo yang karena cukup berpengalaman jelas bisa membaca gelagat Adinda.
“Gimana rasanya.. sakit nggak?”
“Nggak.. enak malah Pak, geli sampe ke dalem-dalem sini.” jawabnya sambil mengusap-usap perut atasnya.
“Apanya yang enak?”
“Ngg.. kontol Bapak..” jawab Adinda genit-genit senang.

Mendengar ini tentu saja Pak Suryo jadi lega dan leluasa sudah dia bermain menggoyang penisnya yang disambut Adinda dengan juga mengimbangi mengocok vaginanya. Masing-masing tenggelam menikmati asyiknya senggama dalam suasana yang cepat sekali akrab, sama-sama lupa tentang status hubungan mereka antara anak menantu dan mertuanya.

Memang ada perbedaan pada kedua lelaki lawan mainnya ini. Bersama Mas Indra seperti masih ada gengsi-gengsian yang membatasinya kurang begitu saling terbuka, tapi dengan Pak Suryo biarpun baru kali ini, entah mungkin karena Adinda sudah biasa bermanja-manja dengan pengalaman lalunya yang umumnya laki-laki tua berduit dan bersikap kebapakan, maka rasanya dia tidak sungkan-sungkan dan malu lagi mengutarakan apa yang dialaminya saat ini, teristimewa waktu mencapai orgasmenya yang diikuti juga oleh Pak Suryo.
“Paak ennakk Paaak.. Iyya.. Duhh Bapaak dalem bangett masuknya Paakk.. Aaa.. dikorek-korek gitu Adinda pengenn kluarrin.. Ayyo Pakk.. adduuh.. Iyya ayyo aaahhgh.. ssshgh.. hghrf.. ennaak punyamu Din.. Bapakk juga kluaarr.. sshmmmh..”

Tapi hubungan lama-lama semakin nekat. Tidak hanya waktu suasana rumah sepi tapi sekalipun suaminya sedang ada di rumah pun Adinda berani juga mencuri-curi waktu bercinta dengan Pak Suryo.Ceritanya hari itu menjelang maghrib Mas Indra sudah berdua dengan Adinda di dalam kamar ketika tidak lama kemudian Pak Suryo pulang dari kerjanya. Seperti biasa Bu Suryo baru akan pulang dari mini marketnya menjelang larut malam. Kedua pasangan muda itu sudah akan bermain cinta, masing-masing sudah saling terangsang dan baru saja akan mulai tiba-tiba terdengar pintu kamar diketok. Spontan Adinda terburu-buru berpakaian dan keluar dari kamar, ternyata Pak Suryo yang ada di depan situ. Dia rupanya akan meminta pijit dari Adinda tapi ketika diberi tahu bahwa Mas Indra sedang ada di kamar, Pak Suryo pun membatalkan niatnya.
Masuk ke kamar lagi Adinda langsung tersenyum geli kepada Mas Indra.
“Barusan Bapak yang ngetok pintu. Dia minta tolong dipijitin tapi begitu kukasih tau Mas masih ada di kamar, Bapak jadi batal.”
“Oh ya? Ya udah, ke sana aja dulu pijetin Bapak, nanti baru ke sini lagi kan juga masih sore.”
“Idih Mas gimana sih. Masak aku musti ke sana duluan, lalu Mas sendiri gimana dong?”
“Nggak gitu, soalnya barusan kan Bapak mungkin lagi pegel minta dipijit, kalo kamu nggak ngikutin kan nggak enak jadinya.”

Mendengar ini Adinda berlagak pasang muka ragu sebentar tapi kemudian beranjak juga.
“Mas sih bukannya tadi-tadi ngasihnya.. Awas lho kalo aku dateng lagi Mas nggak mau ngasih, aku marah beneran.” katanya dengan mimik muka cemberut tapi sebenarnya dalam hati girang bukan main.
“Nggak usah kuatir, pasti Mas kasih kalo kamu abis dari sana.”

Bukan main, gayanya seperti berat terpaksa tapi sebenarnya inilah yang diharapkan Adinda. Karena begitu menyusul Pak Suryo di kamarnya dia sudah langsung meloncat dan memeluk dengan wajah girang. Pak Suryo sendiri baru selesai membuka bajunya tinggal celana dalam dan masih berdiri di samping tempat tidur ketika itu.

“Lo, lo, lo, kok cepet sekali ke sininya. Gimana bilangnya sama Indra?” tanya Pak Suryo heran.
“Dinda, bilang aja terus terang barusan Bapak manggil minta dipijetin jadi Mas Indra ngasih ijin ke sini.”
“Oh ya? Bukannya Bapak tadi liat kamu lagi kusut, baru mau maen apa udah selesai?”
“Tadinya emang mau maen, tapi baru mau dimasukin udah keburu Bapak ngetok pintu..”
“Waduh maaf kalo gitu. Lagi kepengen-kepengennya langsung disetop begitu kan penasaran.”

“Malah kebeneran Pak.. kan terusannya bisa dapet ini yang lebih mantep lagi.” kata Adinda sambil menjulurkan tangannya meremasi penis Pak Suryo.

“Jadi, lobang yang lagi penasaran ini sekarang malah mau dikasih Bapak dulu, ya?” tanya lagi Pak Suryo dengan membalas meremasi gundukan vagina Adinda.

“Iya, iya Paak.. di situ yang aku kepengenn sekalli..” baru diremas sebentar saja, Adinda yang memang sedang terangsang penasaran sudah langsung gemetaran suaranya, “Ayoo Pak.. buka juga Bappak punya..” lanjutnya dengan terburu-buru melepas bajunya.

Pak Suryo menyusul hanya tinggal melepas celana dalamnya tapi Adinda sudah lebih dulu selesai. Dan baru saja penis Pak Suryo bebas Adinda sudah berlutut, menangkap batang itu langsung mencaplok mengisap-isapnya dengan rakus. Diserbu rangsangan begini batang itu cepat saja mengeras dan Adinda seperti tidak ingin membuang-buang waktu. Dia naik duluan menelentang dan mengangkang memasang vaginanya siap untuk segera dimasuki. Sampai di bagian ini semua memang bisa serba cepat tapi pada giliran batang akan dimasukkan mau tidak mau tempo harus diperlambat. Sebab meskipun sudah terbiasa tapi penis ukuran lebih besar dari suaminya ini tetap saja tidak bisa langsung main tancap sekaligus. Perlu hati-hati dan harus ada kerja sama untuk saling menggesek dan memutar membuat lebih licin dalam beberapa waktu, sekalipun rahang Adinda sudah gemetaran kaku menunggu lewatnya masa itu sebelum mendapatkan rasanya. Tapi kalau batang sudah tertancap dalam dan Adinda sudah bisa menyesuaikan ukurannya. Hmmm.. jangan bilang lagi nikmatnya. Langsung gayanya berubah kontras sewaktu mulai dipompa oleh Pak Suryo.

“Hhsss.. aduuhh tobatt aku Paak.. hahgh ooghh.. kontol kok dalem sekali Pak.. tobat akuu.. ampun Bapaak, gedee sekalli aduuh.. Pakk..” Nada suara Adinda merintih-rintih mengaduh ampun tobat, ditambah lagi dengan gayanya yang meliuk-liuk mata terbalik seperti orang kesakitan, yang begini kalau didengar dan dilihat Mas Indra tentu akan menggiris karena mengira istrinya sudah tidak tahan disiksa oleh Pak Suryo. Apalagi kalau bisa melihat lebih jelas bagaimana kewanitaan sang istri yang sering diusapi sayang itu, sekarang sampai sudah dipaksa mekar membulat lantaran menampung besar keliling batang dan itu pun masih harus lagi disodok-sodok kasar seperti tidak mengenal belas kasihan. Tentu, kalau belum mengerti Mas Indra pasti tambah menggiris melihatnya. Padahal kebalikan dari ini justru Adinda sedang tenggelam dalam nikmat yang mengasyikan saat itu.

Pak Suryo sudah hafal benar gaya Adinda, makin dipompa keras makin dirasakan enak bagi Adinda, dan gaya ini juga malah menimbulkan rangsangan tersendiri bagi Pak Suryo untuk membawanya tiba menuju puncak permainan bersama Adinda. Terlebih kalau Adinda sudah meminta tambahan rangsangan baru di bagian susunya, itu tanda dia sudah akan mendekati orgasmenya. “Heg.. yaang kerass Pak.. shh iya gittu.. aduh.. ssshgh.. heehh.. ayyo.. ayoo Paak.. aaahgh.. sshgh.. Iyya Pakk Dinda udah keluarr.. aduhh.. hghshh.. hrrgh..”

Seiring remasan tangan Pak Suryo di susunya diperkeras, Adinda pun tiba orgasmenya. Di bagian ini nampaknya lebih sadis lagi. Sebab buah dada yang biasanya diperlakukan Mas Indra dengan gemas-gemas sayang ini di tangan Pak Suryo diremasi tidak tanggung-tanggung lagi. Tidak ubahnya seperti sedang menggilas baju di papan cucian, kedua daging kenyal itu sampai meleot-leot sesekali mencuat putingnya dari sela-sela jari tangan besar Pak Suryo. Malah waktu mengiringi orgasmenya Adinda terlonjak-lonjak dengan dada membusung, di situ seolah-olah tubuhnya terangkat-angkat oleh tarikan Pak Suryo yang mencengkeram kedua bukit daging itu. Pokoknya jika bisa melihat secara keseluruhan bagaimana cara Pak Suryo mengasari istrinya, Mas Indra bisa pingsan dibuatnya. Tapi justru begini yang paling disukai Adinda karena dia merasa seolah-olah seluruh kepuasannya dibetot keluar tanpa tersisa.

Rupanya ‘kesadisan’ Pak Suryo belum selesai. Sesaat setelah Adinda selesai berorgasme maka giliran Pak Suryo yang mengambil bagiannya. Tapi menjelang tiba di saat ejakulasinya tiba-tiba dia mencabut batangnya dan langsung tegak berlutut sambil menarik kedua lengan Adinda membawanya terikut bangun duduk. Adinda sempat bingung tapi ketika Pak Suryo menjambak rambutnya dan menarik kepalanya mendekatkan ke penisnya, segera dia mengerti maksud Pak Suryo, apalagi Pak Suryo juga menjelaskan lewat kata-katanya.

“Ayyo Las, isepin Bapak sampe keluarr..” Tanpa ragu-ragu Adinda langsung mencaplok dan melocok batang itu dengan mulutnya. Tentu tidak bisa semua, hanya tertampung bagian kepalanya saja tapi ini sudah cukup bagi Pak Suryo untuk bisa menyalurkan kepuasannya. Dan begitu kepala batang itu mengembang, sedetik kemudian dia pun menyemburkan cairan maninya tumpah di mulut Adinda. Agak tersekat Adinda dengan semprotan tiba-tiba ini, serasa ingin mencabut kepalanya tapi tangan Pak Suryo menekan kepalanya tidak ingin melepaskan kuluman mulutnya sehingga mani yang tumpah itu pun tertelan semua oleh Adinda. Ini baru pertama kali dia melakukan hal ini sehingga ketika permainan berakhir dan Adinda bisa melepas mulutnya, langsung meringis aneh mukanya.
“Kenapa Las, nggak enak ya rasanya?” tanya Pak Suryo geli.
“Asin rasanya Pak..” jawab Adinda terikut geli.
“Maaf ya? Terpaksa Bapak tumpahin di mulut, soalnya kalo di lobangmu nanti bisa ketauan sama Masmu.”
“Nggak pa-pa, sekali-sekali buat pengalaman baru kok..”
“Kalo sering-sering emang kenapa?”
“Ya bagaimana Bapak.. Emang enak sih dikeluarin pake mulut?” kata Adinda dengan bergerak bangun untuk ke kamar mandi mencuci bekas-bekas permainan ini.

“Oo.. sama Adinda sih pasti enak aja.” jawab Pak Suryo sambil ikut bangun menyusul Adinda.
Selepas beristirahat sebentar Adinda pun kembali ke kamarnya menemui suaminya. Tentu saja dengan bersandiwara seolah-olah dia tidak ada apa-apa dengan permainan bersama Pak Suryo. Begitu datang dia langsung menubruk Mas Indra dengan gaya tidak sabaran menggerayangi penis Mas Indra. Jelas gaya yang membuat Mas Indra bangga padahal justru yang terjadi kebalikannya, sebab barusan mengalami hal yang paling asyik kemudian turun ke yang biasa. Adinda dalam senggama berikutnya bersama Mas Indra hampir-hampir tidak ada rasanya sama sekali. Hanya gayanya saja yang tetap meyakinkan bahwa dia sudah terpuaskan dengan Mas Indra, tapi kecuali sempat terangsang sedikit Adinda tidak sampai mengalami orgasme dengan suaminya. Meskipun begitu dia tidak penasaran karena sudah terbayang sepeninggal Mas Indra besok pagi ke kantornya, dia akan minta lagi pada mertuanya untuk meluapkan kerinduannya.

Begitu, dalam enak dirasakannya bersetubuh dengan sang mertua yang punya batang panjang bisa mengilik jauh ke dalam rahimnya, Adinda praktis jadi ketagihan untuk mengulang setiap kali ada kesempatan bisa mencuri-curi.

Wednesday, November 2, 2011

Pertama Kali Bertiga - 2

105a


Aku mengayun pelan, kedua tanganku memegangi pinggulnya agar penisku dapat lebih dalam masuk ke vaginanya saat tangan Thomas berada pada kepala Della menggerakkan seperti keinginannya saat dia menyetubuhi mulut Della. Dalam waktu yang bersamaan aku menyetubuhi Della dengan lembut dari arah belakang. Thomas menggoyangnya dengan keras, memasukkan batang penisnya sedalam-dalamnya ke mulutnya dengan tangannya menahan gerakan kepala Della. Della tersedak sewaktu Thomas berusaha merangsek semakin dalam. Aku dapat mendengar suara kekurangan nafasnya itu, tapi seperti seorang 'jalang' yang baik, Della tak juga berhenti dan aku mulai dapat mendengar lenguhannya di antara suara nafasnya yang tersedak saat dia menggoyangkan pinggulnya mengimbangi ayunanku.



Dengan semua yang tengah berlangsung ini dan pemandangan Thomas yang sedang menyetubuhi mulut Della, membuatku tak memerlukan waktu lama untuk berejakulasi di dalam tubuhnya, melumuri dinding vagina Della dengan semburan spermaku. Rasanya seperti kudapatkan orgasme terbesar dalam hidupku. Bisa kulihat orgasmeku dan oral yang diberikan Della mendekatkan orgasme Thomas.



Aku ingin menyaksikan Thomas menyetubuhi Della dan keluar dalam vaginanya, maka dengan cepat aku segera bangkit dan menyuruh Della naik ke atas sofa, merangkak untuk beralih menghisap penisku, agar Thomas dapat menyetubuhinya dari belakang. Akan selalu kuingat saat Thomas menyelipkan penisnya ke vagina Della, seakan hal itu berhenti untuk beberapa waktu. Ini adalah fantasi yang sudah lama kudambakan.



Yang membuatku kagum adalah betapa cepatnya gerakan Thomas yang sudah berada di belakang Della dan langsung melesakkan penisnya ke dalam vaginanya. Sepertinya dia hanya mengenal satu kecepatan, dan itu adalah mendorong masuk dengan cepat dan keras. Aku tak tahu apa dia pernah berpikir kalau kami akan menghentikannya menyetubuhi Della, atau kami menyuruhnya untuk memakai kondom terlebih dulu. Sebelum kami sempat bereaksi dengan apa yang dilakukannya, dia sudah berada di belakang Della dengan sekejap. Dan seperti yang Della katakan padaku kemudian, Thomas bukannya memasukkan penisnya tetapi dia menghentakkan seluruh batang penisnya ke dalam vaginanya dengan hanya sebuah dorongan saja.



Della juga mengungkapkan padaku bahwa dia belum pernah merasakan sebuah penis yang begitu besar, begitu nikmat, dan belum pernah merasa terisi penuh seperti yang dirasakannya akibat penis Thomas saat itu, saat dia melesakkannya dari belakang. Itu membuat nafas Della terhenti sejenak dan dia memutuskan untuk tak peduli apakah Thomas memakai kondom atau tidak, atau kalau-kalau dia bisa jadi hamil karenanya. Della hanya ingin dia menyetubuhinya dan merasakan bahwa dia menghantam dinding vaginanya dengan penis besarnya tersebut (dan Della belakangan juga menambahkan bahwa dia suka dengan bola zakarnya yang lebih besar dan lebih berat daripada milikku dan lebih jauh menggantung hingga saat dia sedang menyetubuhinya, kantung bola zakarnya itu akan menampar kelentitnya hingga membuatnya menggelinjang kegelian).



Tak perlu dikatakan lagi, saat menyaksikan momen ini dan melihat ekspresi wajah Della saat dia menghisapku, mendorongku dengan cepat ke batas akhir untuk yang kedua kalinya. Sepertinya aku keluar lebih keras dan lebih lama daripada yang pernah kualami sebelumnya, yang menyebabkan Della membuka matanya dan menatapku dengan mimik yang lucu menggemaskan. Aku terus mengisi mulutnya dengan berjuta sel sperma yang segera dihisap dan ditelannya. Ini adalah sebuah pengalaman pertama dalam hidupku yang sangat menguras staminaku hingga membuatku mengalami dua kali orgasme dengan hebatnya.



Saat aku berejakulasi di dalam mulut Della, Thomas menyetubuhinya dengan keras dan cepat dari belakang. Aku bangkit dan menyingkir dari medan pertempuran mereka. Dengan cepat Thomas langsung membalikkan tubuh Della agar rebah pada punggungnya. Lalu Thomas kembali memasukkan penisnya yang terlihat semakin bertambah besar saja, dan mereka mulai berciuman dengan rapat. Kaki Della berada di bahu Thomas. Dengan kaki Della yang berada di bahunya, Thomas mulai mengayun dengan tenaga yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Lengan Della melingkari leher Thomas saat dia menghentak tubuhnya.



Saat itu aku ingin menghentikan Thomas dan menyuruhnya agar memakai kondom agar Della tidak hamil. Tapi saat kulihat mereka berdua, dapat kulihat bahwa Della sudah terlalu jauh untuk dihentikan dan Thomas tengah berada dalam iramanya hingga tak kutemukan celah untuk menghentikannya barang sebentar. Setelah beberapa menit melihat mereka berdua bergerak semakin keras, itu membuatku semakin terangsang hingga tak mampu berkata apa pun, apalagi Della sendiri juga tak pernah meminta Thomas untuk memakai kondom. Mungkin saat ini memang bukan masa suburnya atau dia bahkan tak memusingkan hal itu. Di samping itu, hal ini sangat liar dan seksi bercampur menjadi satu menyaksikan seorang pria asing menyetubuhi istriku tepat di depan mataku sendiri.. Dan di rumahku sendiri.. Juga dengan seijinku.



Kepala Della terlempar kesana kemari dan kedua kelopak matanya terpejam rapat saat dia dengan rela membiarkan Thomas menyetubuhinya. Yang membuatku sedikit terkejut adalah ternyata jika Della sedang berada di puncak gairahnya, dia bisa juga mengumpat seperti seorang wanita jalang dan bahkan saat Della tahu bahwa Thomas akan segera orgasme, dia justru memintanya agar dikeluarkan jauh di dalam vaginanya! Aku hanya duduk di samping mereka, melihat, tapi aku tahu bahwa kalau aku mengingatkan Della tentang kondom, itu akan merusak semuanya dan dia akan sangat marah.



Belakangan dia mengatakan bahwa terasa sangat aneh merasakan penis Thomas mengisi penuh vaginanya dengan tanpa kondom. Setiap kali Thomas mendorong, rasanya dia mendapatkan sebuah orgasme kecil. Saat akhirnya Thomas orgasme, dia dapat merasakan penisnya berdenyut meledakkan spermanya, dan spermanya menghantam jauh ke tempat yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.



Sewaktu Thomas mulai berejakulasi, Della mengerang keras. Dia dapat merasakan penisnya menjadi bertambah besar, dan dia semakin keras menjerit merasakan sperma Thomas menghantam jauh di dalam tubuhnya. Della mendapatkan orgasmenya sendiri karenanya hingga tubuhnya bergetar hebat, dia menyentakkan pinggulnya semakin merapat pada tubuh Thomas agar dia semakin masuk ke dalam.



Hal ini membuatku terangsang sekaligus membuatku takut. Belakangan Della meyakinkanku bahwa saat itu memang dia sedang tidak dalam masa suburnya dan syukurlah bahwa ternyata dia memang benar. Ini adalah permulaan dari serangkaian persetubuhan yang panas dan setiap kalinya tak kurang dari empat jam non stop kecuali untuk mandi berendam dengan air panas.



Saat Thomas telah orgasme, dia rebah pada punggungnya tapi Della tak mengijinkannya beristirahat. Rambutnya terlihat basah oleh keringat yang melekat pada wajah, leher, bahu dan dadanya hingga semuanya terlihat bersemu merah setelah mendapatkan begitu banyak orgasme. Setiap saat spermanya akan meledak, Della segera menghisap penisnya jauh ke dalam tenggorokannya hingga penisnya mengeras kembali.



Dengan penis besarnya tersebut, Thomas tak banyak mendapatkan wanita yang dapat menghisap penisnya hingga jauh ke dalam tenggorokan hingga setiap kali Della berusaha memasukkan penisnya sampai ke dalam tenggorokannya membuat Thomas bergairah dan segera ereksi kembali. Della belakangan mengatakan padaku bahwa dia belum pernah merasakan penis yang terasa begitu lembut dalam mulutnya.



Yang membuat Della begitu bergairah saat berhubungan seks dengan Thomas adalah kenyataan bahwa Thomas mampu menyetubuhinya dengan sangat keras. Dan juga paha Thomas selalu menampar bongkahan pantat Della setiap kali dia mengayun sampai pantatnya merah dibuatnya serta gigitannya pada puting Della yang sangat sensitif, yang bahkan hanya dengan menggosoknya saja dapat memberinya orgasme hingga sangat meningkatkan kenikmatannya. Della selalu menyuruhku agar berusaha lebih keras lagi terhadapnya saat bercinta tanpa harus menjadi kejam.



Entah bagaimana, perlakuan Thomas itu membuatku khawatir sampai di mana batas ketahanan yang dimiliki Della. Aku menyadari hal itu saat melihat betapa sosok pria jalanan yang dimiliki Thomas selalu membuatnya bergairah kembali dengan perlakuannya yang keras dan cenderung kasar itu. Itu sangat kontras dengan gambaran percintaan kami selama ini meskipun sejak kuminta Thomas untuk menyetubuhinya dengan caranya sendiri dan itu memang membuat Della bergairah dan liar.



Della adalah satu-satunya wanita yang pernah kutemui yang benar-benar menyukai menghisap penis hingga ke dalam tenggorokannya dan menelan sperma seorang pria, dan dapat kulihat bahwa dia menginginkan Thomas agar keluar jauh di dalam tenggorokannya. Saat menghisapnya, Della mulai memasukkan jarinya ke dalam lubang anus Thomas diiringi dengan remasan tangannya pada kantung bola zakarnya hingga membuat Thomas mengerang keenakan. Setiap kali Della menambah dorongan jarinya masuk ke dalam lubang anusnya, Thomas menggelinjang lalu mengerang. Sangat erotis untukku, Della ingin merasakan spermanya seperti yang dikatakannya padaku kemudian.



Aku terpesona menyaksikan pertarungan mereka berdua yang terlihat sangat indah dan seksi serta tubuh Thomas yang selalu menggelinjang karena perlakuan Della. Dan akhir dari pertahanannya, dia mengangkat pantatnya naik dari atas karpet dan mengerang keras mengiringi ledakan spermanya. Thomas menahan bagian belakang kepala Della agar tak bergerak. Belum pernah kudengar suara yang seperti ini, Thomas mengerang dengan nyaring, suaranya hampir menyerupai suara serigala. Reaksi tubuh Thomas membakar gairah Della hingga dia tak akan melepaskan Thomas saat dia menghisap habis sperma Thomas hingga tetesan terakhir.



Della menceritakan padaku berulang kali setelahnya bahwa dia menyukai rasa dari spermanya itu. Kupikir memang jelas bahwa Della menyukai apa pun yang dimiliki Thomas. Setelah Thomas cukup pulih, dengan bercanda dia mengatakan bahwa dia telah keluar dengam dahsyat hingga dapat membuat langit-langit ruang keluarga ini jebol jika Della tak menghisapnya tadi. Della suka dengan sikap antusiasnya dan mengatakan bahwa tidak masalah sekeras apa pun dia akan keluar dalam tenggorokannya.



Kami bertiga perlu istirahat dan pergi berendam dengan air panas dalam bak mandi. Aku pikir mereka berdua sudah selesai, tapi mereka mulai saling menyentuh, saat bibir mereka saling melumat, membuatku ereksi keras untuk yang keempat kalinya. Rasanya aneh melihat mereka tak merasakan kelelahan dalam berhubungan seks. Mereka memasuki sebuah level yang baru. Della sedang bercinta dengan Thomas dan aku merasakan cemburu dan terangsang dalam waktu yang sama.



Akhirnya, aku mengajak mereka keluar dari kamar mandi dan meneruskan kesenangan ini. Kami keluar dari kamar mandi dan hisapan Della membuat Thomas mengeras lagi hingga kemudian Della naik ke atas tubuh Thomas yang duduk di atas sofa dan dia menyetubuhinya dengan liar sampai kupikir sofa itu akan patah dibuatnya. Nafas Della terdengar memburu saat dia berusaha meraih orgasmenya lagi dengan cepat. Jelas Thomas tampak belum selesai dengan Della karena saat Della akhirnya rebah dalam pelukannya dengan orgasme yang diraihnya, Thomas langsung mendorong tubuh Della merangkak di atas karpet dan memposisikan dirinya di belakang Della.
976bonus_a_1_




Bersambung . . . .

Pertama Kali Bertiga - 1

256bonus_a

striku, Della dan aku telah berumah tangga selama beberapa tahun lamanya dan sering dalam tahun-tahun perkawinan kami tersebut aku berfantasi tentang dia bercinta dengan pria lain, seorang pria sempurna yang menyetubuhinya dengan hebat hingga membuat istriku mengerang kenikmatan menikmatinya.



Dalam setahun belakangan ini, aku selalu mengungkapkan fantasiku ini saat berada di atas ranjang dan dia selalu menjadi bergairah karenanya dan akan diiringi dengan seks yang liar dan multi orgasme setiap kali mendiskusikannya. Masalahnya, jika di luar area ranjang, Della tidak pernah mau mendiskusikan hal tersebut denganku hingga membuatku cukup merasa frustrasi. Jika aku berusaha untuk mengajak dia untuk mendiskusikannya, dia langsung marah dan pergi meninggalkan ruangan. Della memang seorang wanita dengan latar belakang keluarga yang sangat ketat pendidikan agamanya.



Istriku Della saat ini berusia 35 tahun. Tinggi dan berat badannya yang rata-rata tetap terjaga bentuknya dengan rutinnya dia pergi ke pusat kebugaran dua kali dalam seminggu. Payudaranya juga sedang-sedang saja, tapi memiliki puting susu yang cukup besar saat dia sedang dalam gairahnya. Dan yang paling membuatku bangga beristrikan dia adalah wajahnya yang sangat manis dan teramat menarik, di samping kepribadiannya yang baik dan juga senyumannya yang selalu dapat meredakan amarahku. Dia juga seorang pasangan bercinta terbaik yang pernah kudapatkan.



Akhirnya, kuputuskan agar fantasiku tentang dia yang bercinta dengan pria lain dapat terwujud, aku harus mencoba cara yang berbeda dengan jalan yang kupakai selama ini. Aku tahu bahwa dia sangat selektif terhadap pria. Maksudku selama perkawinan kami, aku ingat ada sekitar empat atau lima pria lain yang mampu menarik perhatiannya. Kesemuanya dengan kepribadian yang unik, dapat kukatakan begitu, yaitu tinggi, gagah, dan menarik. Hasilnya, setelah sedikit 'kembali ke masa lalu', aku akhirnya menjatuhkan pilihanku pada seorang pria berumur sekitar tiga puluhan yang aku yakin memenuhi deskripsi tentang seorang pria yang dapat menarik perhatian Della.



Aku bertemu dengannya saat sedang berkeliling di seputar kota. Namanya Thomas, dia sangat gagah dan tinggi dengan kulit yang kecoklatan dan sangat menarik menurutku. Satu hal yang dapat menarik perhatian Della dari Thomas adalah tak hanya dia sangat menarik dan berkharisma, dia juga seorang pria bertipe jantan dan 'jalanan' yang sangat kontras dengan kami yang berpendidikan dan mapan.



Di salah satu kafe di sudut kota, sewaktu pertama kali bertemu dengan Thomas, kukeluarkan selembar foto Della dan mengatakan padanya bahwa aku ingin agar dia bercinta dengan Della. Dia menyukai fotonya dan mengatakan bahwa dia mau bercinta dengannya sesuai caranya, tapi pertama-tama kami harus membuat Della bersedia melakukannya.



Kami membuat sebuah rencana agar Thomas dan Della dapat bertemu karena rasa takutku kalau Della takut dan marah hingga menyebabkan semua kerja kerasku ini akan sia-sia. Akhirnya kami memutuskan agar dia datang ke rumah besok malamnya dan pura-pura menjadi seorang teman lamaku yang sekian tahun tak pernah bertemu dan sedang singgah di kota ini dan mampir sejenak di rumahku.



Malam yang kunantikan serasa tak kunjung tiba, aku tenggelam dalam khayalanku membayangkan bagaimana malam tersebut akan berlangsung. Di samping rasa takutku kalau Della akan marah besar padaku karena telah menyusun rencana ini tanpa persetujuannya, aku lebih takut kalau dia tak bersedia berhubungan seks dengan Thomas.



Kuhabiskan waktu untuk menyalakan lilin, menghidupkan CD player dan memilih lagu yang tepat untuk menjaga situasi hatinya. Kemudian kubujuk dia agar memakai sepatunya yang bertumit tinggi yang selalu menggairahkanku saat bercinta dengannya. Kurebahkan dia di atas karpet lantai ruang keluarga dan mulai mencumbu vaginanya selama kurang lebih 15 menit hingga dia mendapatkan orgasme pertamanya.



Dia mulai hanyut dalam irama yang kubuat hingga segera menjadi sangat basah saat aku mulai menyetubuhinya dengan gerakan lambat dan panjang. Aku mulai khawatir tak mampu bertahan lebih lama lagi saat orgasmenya yang kedua mulai terbangun ketika akhirnya Thomas mengetuk pintu depan.



Ketukan itu membuatnya langsung bangkit dengan sedikit ketakutan dan langsung bertanya siapa yang mengetuk itu. Saat itu sekitar pukul 10 malam. Aku tak tahu, tapi aku akan segera mencari tahu dan mengusirnya pergi, jawabku. Dia segera merapikan pakaiannya dan kutenangkan dia dengan mengatakan bahwa aku tak akan mengijinkan siapa pun masuk kemari, hingga dia tenang dan kembali rebah di karpet sambil menggosok kelentitnya menungguku kembali dan menyelesaikan apa yang telah kami mulai.



Kubuka pintu dan menjumpai Thomas yang telah berdiri di sana dengan maskulin dan mata yang bercahaya. Kukedipkan mataku padanya dan segera menyuruhnya masuk dengan tenang. Kubisikkan padanya agar segera masuk ke ruang keluarga. Saat ini Della pasti sudah mendengar kedatangan kami.



Kami berjalan memasuki ruang keluarga dan kuperkenalkan Thomas pada Della yang sedang duduk di sana memandanginya untuk beberapa waktu, bertanya-tanya siapa gerangan pria ini. Dan apa yang sedang terjadi? Dia memandangku dan Thomas bergantian. Aku takut dia akan marah tapi dia mengejutkanku karena dengan tenangnya berdiri dan membiarkan pakaiannya yang berantakan tadi terjatuh di karpet dan kemudian berjalan mendekat lalu memberi Thomas sebuah pelukan sebelum kembali berbalik lagi dengan pantat dan payudaranya yang bergoyang saat dia berjalan untuk duduk di karpet itu lagi.



Belakangan baru aku tahu kalau dia sudah menyadari saat aku menjawab ketukan pintu itu bahwa aku sudah merencanakan ini semua. Saat pertama kali dia melihat Thomas, dia tahu bahwa aku telah mengharapkan pria ini datang dan bercinta dengannya. Dia akhirnya memutuskan untuk melakukannya saat mengetahui bahwa Thomas adalah seorang pria yang menarik dan dia sudah siap untuk itu.



Setelah dia duduk di atas karpet lantai, kami bertiga akhirnya juga duduk di atas karpet sekitar satu jam agar merasa nyaman berbicara tentang sesuatu selain seks meskipun kami dapat merasakan aura seksualnya semakin terbangun naik. Della duduk dengan tenang meskipun hanya memakai sepatu bertumit tingginya dengan payudaranya yang terpampang dengan bebas di depan kami berdua dengan sangat menggoda. Aku memergoki Thomas yang memandangi payudaranya dengan bernafsu. Dapat kukatakan bahwa Della menikmati pengalaman ini karena dia menggoda kami berdua dengan mengatakan bahwa wajah kami memerah dan terangsang. Dia terlihat sangat santai dan mengontrol situasi ini hingga sangat membuatku tekejut.



Dapat kulihat tonjolan besar di celana Thomas. Ukuran penis di baliknya terlihat besar (belakangan Della mengatakan padaku bahwa dia menyadari hal itu juga hingga itu membuatnya sangat terangsang dan membantunya memutuskan untuk mau bercinta dengan Thomas). Tidak ada seorang pun yang tergesa-gesa meskipun aku sangat ingin melihat Thomas berada di antara pahanya, mengocoknya berulang-ulang untuk memberinya multi orgasme. Della tampak sangat menikmati setiap waktunya dan melakukannya dengan perlahan hingga membuatku frustrasi. Ini menuju pada titik dimana aku mengharapkan fantasiku menjadi nyata.



Saat Della akhirnya benar-benar merasa nyaman, dia rebah tengkurap dan meminta agar punggungnya dipijat. Ini adalah tanda yang kami tunggu-tunggu dan dalam keadaan ini tak mengejutkanku jika Della lah yang mengambil inisiatif tersebut. Dengan cepat aku memberi Thomas kesempatan memberi pijatan pada paha dan pantat Della, sedangkan aku dengan berdebar-debar terfokus pada leher dan bahunya. Kubiarkan Thomas memberikan akses menyeluruh terhadapnya.



Thomas mulai membelai pahanya dengan lembut. Setelah beberapa saat, tangannya mulai bergerak naik hingga semakin mendekati vaginanya. Terlihat tubuh Della sering menggelinjang saat dia melakukan pekerjaannya, tapi lalu dengan cepat Della menyembunyikan reaksinya tersebut. Setelah beberapa menit kemudian, Thomas memindahkan sasarannya dan mulai meremas pantat Della dengan kedua tangannya. Dapat kulihat area di sekitar vagina Della sudah menjadi basah saat Thomas menjalankan aksinya.



Akhirnya, Thomas kembali pada gerakan awalnya tadi pada bagian dalam paha Della dan membiarkan jarinya berada di dekat vaginanya. Dia benar-benar tahu apa yang sedang diperbuatnya dan dia tahu reaksi yang diberikannya terhadap Della yang mulai menekankan pinggulnya dengan pelan ke karpet. Mereka berdua terlihat sangat menikmati permainan kucing dan tikus ini. Dapat kulihat penis Thomas mendesak keluar dari celananya hingga membuat celananya seakan hendak robek karenanya. Dengan cepat diturunkannya risleting celananya dan segera mengeluarkan penis itu.



Akhirnya dia tak mampu menahannya lebih lama lagi hingga bergerak menaiki tubuh Della dan mulai menggosokkan penisnya naik turun di belahan pantat Della. Dapat kukatakan bahwa Della berada dalam dunianya sendiri saat ini, dan jika aku pernah berfantasi tentang dia yang bercinta dengan pria lain, mereka sedang mewujudkannya saat ini. Della sangat sensitif perasaannya saat bercinta dan dia bisa merasakan betapa besar dan kerasnya penisnya yang menekan pada pantatnya itu. Dengan pelan Della mulai menggoyangkan pantatnya pada penis itu dengan mata terpejam, tapi apa yang tergambar pada wajahnya memberitahukanku bahwa betapa apa yang tengah dirasakannya sungguh menakjubkan.



Tak lama kemudian, kulucuti pakaianku dan bergerak ke sofa di depan Della. Dengan cepat Della bengkit dan dengan bertumpukan kedua lengan dan kakinya, dia mulai menghisap penisku. Della sungguh sangat terbakar gairahnya hingga dimasukkannya seluruh batang penisku hingga menyodok di tenggorokannya. Dengan posisinya itu, membuat pantat Della tepat berada di depan Thomas. Della sepertinya memang menginginkan Thomas berada di belakangnya, berada tepat di belakang vaginanya yang sudah gatal. Aku tahu bahwa Della terlalu malu untuk 'meminta', begitu juga denganku agar Thomas segera menyetubuhinya dan dengan cara inilah Della mengungkapkannya. Dan Thomas mulai membuat langkah pertamanya!



Aku mengisyaratkan pada Thomas untuk melepaskan sisa pakaian yang masih melekat di tubuhnya. Aku tahu bahwa dia memiliki tubuh yang tegap dan saat dia melepaskan pakaiannya, tubuhnya terlihat sangat menakjubkan bagiku. Aku tahu Della juga akan menyukai bentuk tubuh Thomas dan apalagi penis besarnya itu nanti saat dia memalingkan wajahnya ke belakang melihatnya.



Penis Thomas perlahan tumbuh membesar saat dia melepaskan pakaiannya. Kupegang bahu Della, menghentikan hisapannya pada penisku, dan menyuruhnya berbalik menghadap pada Thomas yang telah berlutut di hadapannya. Rasa cintaku padanya sungguh meluap saat ini. Dia menerima Thomas dan menggenggam bola zakarnya dengan tangannya yang halus dan memasukkan penis Thomas yang masih belum ereksi penuh ke dalam mulutnya. Penis Thomas dengan cepat mengeras dalam mulutnya.



Dia suka menghisap penisku hingga ke tenggorokannya, tapi saat dia mencoba untuk memasukkan penis Thomas sampai ke tenggorokannya, dapat kulihat dia mengalami kesulitan dengan ukurannya, dan dia hampir saja tersedak untuk beberapa waktu. Tapi itu malah membuatnya semakin terangsang hingga dia terus berusaha memasukkan penis Thomas sampai tenggorokannya dapat beradaptasi dengan ukurannya.



Belakangan Della menceritakan padaku bahwa jika saja ukuran penis Thomas seinchi saja lebih panjang, dia tak akan mungkin dapat menampungnya. Saat Della telah sibuk dengan 'pekerjaannya', kusingkirkan hingga lepas celana dalamnya dan mulai menggosok vaginanya dari belakang. Salah satu fantasi terbesarku adalah menggosok Della saat dia sedang menghisap penis besar pria lain dan sekarang aku tahu bahwa aku memang sangat menyukainya. Aku lihat Della sangat asyik dengan 'pekerjaannya'. Kehangatan cengkeraman dinding vagina Della langsung kurasakan begitu kulesakkan penisku ke dalamnya.

635bonus_a_2_

Bersambung . . . . . .

Pertama Kali Bertiga - 3

105a

Kupikir dia akan memasuki Della dari belakang lagi, tapi aku salah. Dengan lemah Della berusaha mencegah Thomas yang berusaha memasukkan penisnya ke dalam lubang anusnya, tapi Della terlalu lemah setelah orgasme tadi hingga dengan mudah Thomas menepis penolakan yang diberikan Della dan meneruskan usahanya untuk masuk. Aku melihat saat dia melebarkan lubang anusnya dan menekan kepala penisnya yang besar hingga membelah otot lubang anus Della yang rapat. Della menggelinjang dan dengan lemah memohonnya untuk berhenti, tapi Thomas tak menghiraukannya. Kupikir ini saatnya untuk aku maju dan menghentikannya.. Tapi aku tak mampu karena aku sudah sangat terangsang.



Aku sudah tersihir dengan apa yang kusaksikan dan justru berharap dia memberikan anal seks pada Della. Della meronta berusaha menjauh dari penisnya, tapi kemudian Thomas mencengkeram dengan erat pinggul Della sampai meninggalkan bekas di sana. Lalu dia mulai memasukkan penisnya membelah lubang anus Della. Della tak menyadarinya, tapi matanya terpejam rapat ketakutan hingga malah membuat Thomas dan aku semakin bergairah. Della menatapku, mengisyaratkan agar aku menghentikan Thomas, tapi aku tak bertenaga, tak mampu bergerak ataupun bereaksi, aku begitu terangsang. Dia kembali menatapku dan aku memberinya pandangan tak berdaya. Dia sadar bahwa aku tak akan melakukan apa pun hingga akhirnya dia pejamkan matanya dan mencoba untuk tenang.
234a_3_


Pada akhirnya usaha Thomas berhasil dengan mendorong kepala penisnya masuk ke dalam lubang anus Della hingga membuatnya merintih kesakitan dan meremas karpet dengan kedua tangannya. Thomas terus mendorong sampai akhirnya batang penisnya masuk ke dalam lubang anus Della seluruhnya hingga kantung bola zakarnya dengan mengejutkan menghantam kelentit Della. Della lebih membenamkan wajahnya di karpet dan menjerit. Sekujur tubuhnya bergetar dan dia mulai merintih kesakitan. Aku melihat mendekat dan dapat kutemui air matanya keluar membasahi pipinya. Dengan penis yang sudah seluruhnya tertanam dalam lubang anus Della, Thomas memegangi pinggul Della dengan erat sambil memandangku dengan tersenyum lebar.



Aku tak akan melupakan wajah puasnya yang menggambarkan kekuasaannya terhadap seorang wanita dan mendominasinya secara menyeluruh. Dia dapat melakukan apa pun terhadap Della. Thomas mulai menyetubuhi lubang anusnya dan dapat kulihat Della akhirnya menangis sambil masih tetap berusaha mengeluarkan penis Thomas dari dalam anusnya. Dia tak menikmati paksaan Thomas terhadap anusnya. Kukira mungkin Thomas akan berhenti, tapi dia terlihat yakin dengan apa yang dilakukannya meskipun Della masih berontak menolaknya, yang malah membuat lubang anusnya semakin merapat.. Dan semakin merangsangku dan Thomas.



Dengan senyuman dan pandangan yang seakan mengatakan, 'Lihatlah saat aku membuat istrimu menjerit dan orgasme yang tak pernah dialaminya sebelumnya,' kemudian dia semakin mempererat pegangannya pada pinggul Della dan mulai bergerak mengayun keluar masuk dalam lubang anusnya yang kecil. Tak bisa kupercaya bahwa Thomas dapat memasukkan penisnya yang besar itu ke dalam lubang anus Della yang rapat dan kecil itu, tapi entah bagaimana dia memang dapat melakukannya. Belum ada yang sebesar itu memasukinya sebelumnya hingga itu membuatnya kesakitan. Air matanya terus mengalir dan tubuhnya terus mengejang, tapi aku tak mampu menghentikan Thomas, karena belum pernah kurasakan se-terangsang ini dalam hidupku sebelumnya. Gerakan mengayunnya membuat suara aneh saat kantung bola zakarnya menghantam kelentit dan vagina Della berulang-ulang.



Setelah beberapa ayunan panjang dalam lubang anusnya, akhirnya dapat kudengar suara decak yang keluar dari dalam lubang anusnya dan bersamaan dengan itu pula Della mulai terlihat tenang. Perlahan mulai dilepaskannya cengkeraman tangannya pada karpet, seiring dia yang mulai menggerakkan pinggulnya mengimbangi gerakan mengayun Thomas. Aku benar-benar terkejut! Thomas tak pernah menghentikan gerakannya dan kemudian yang terjadi sungguh tak dapat dipercaya.. Della mulai mengeluarkan gumaman kata-kata dan suara yang belum pernah kudengar.



Belum pernah aku merasa begitu bangga terhadapnya seperti sekarang ini. Aku lihat lubang anusnya melebar dengan rapat mencengkeram batang penis Thomas yang membuatku yakin mengira kalau lubang anusnya akan robek lebar. Setiap kali Thomas menarik penisnya keluar, anusnya akan tertarik keluar dengan rapat bersamanya. Stamina yang dimiliki Thomas sungguh mengagumkan (sejak dia mengalami orgasme berulang kali sepengetahuanku, kali ini dia masih mampu bertahan selama ini)



Tiba-tiba sebuah erangan keras keluar dari mulut istriku saat dengan tanpa henti Thomas menyodok penisnya dengan sebuah hentakan keras ke dalam lubang anus Della sambil tangannya melebarkan bongkahan pantatnya agar dia dapat masuk sedalam mungkin. Kepala Della terlempar ke belakang dan dia mengerang berusaha menarik nafasnya yang terhenti. Dia tak lagi seperti seorang wanita yang kukenal selama ini saat bercinta. Thomas telah membawanya pada level yang belum pernah dimasukinya.



Suara erangannya bagaikan seekor hewan. Thomas melihatku dari balik punggungnya, memastikan apakah aku dapat melihat dengan jelas lubang anus istriku yang dimasuki oleh penisnya. Perhatianku terpecah antara melihat lubang anus istriku yang sedang dikerjai Thomas dan konsentrasiku pada masturbasi yang sedang kulakukan saat ini. Dengan sebuah senyuman yang tak kumengerti artinya, dia meneruskan 'pekerjaannya' terhadap istriku tersayang, Della yang tak hentinya mengerang dan mendapatkan orgasme beruntun.

248a_2_

Setelah 3 atau 4 kali orgasmenya, kini dengan tiada hentinya dia mendapatkan orgasme lagi secara berkesinambungan. Belum pernah kulihat seorang wanita di film atau bahkan dimanapun yang mendapatkan orgasme berkesinambungan seperti yang dialami Della malam ini. Tak dapat kupalingkan mataku dari penis Thomas yang bergerak keluar masuk dalam lubang anus istriku yang rapat. Cairan cinta Della terus mengalir pada pahanya. Tubuhnya terus menggelinjang di bawah ayunan pria perkasa yang menyetubuhinya dengan tanpa henti.



Aku tak menghitung lagi berapa kali dia telah membuat Della orgasme, tapi Della benar-benar mendapatkan orgasme berulang kali hingga dia dengan lemah berusaha merangkak, sedangkan penis Thomas masih menancap dengan mantap dalam lubang anusnya. Thomas tak ingin melepaskannya dan mengikutinya hingga Della merebahkan tubuh bagian atasnya di atas sofa. Dengan sigap Thomas langsung memegangi pinggulnya dan kembali menyetubuhinya hingga getaran orgasme kembali menggoyang tubuhnya lagi. Della tak mampu lagi mengendalikan tubuhnya yang terbaring lemas di atas sofa membiarkan Thomas terus menyetubuhinya. Aku kagum pada stamina Thomas dan aku berharap dia mau berbelas kasihan barang sebentar terhadap Della, tapi nyatanya dia tidak.



Dia tetap mencengkeram pinggul Della dengan keras dan langsung mengocok lubang anusnya dengan tanpa ampun. Saat akhirnya dia mencapai orgasmenya sendiri, bagian matanya yang hitam seolah hilang lenyap ke dalam rongga matanya, dan dia mengerang keras sampai-sampai aku takut tetangga sebelah akan mendengarnya. Della tahu bahwa Thomas akhirnya telah keluar hingga dia menggoyangkan pantatnya dan mulutnya mulai mengerang memohon agar Thomas mengeluarkan spermanya jauh di dalam rectumnya. Thomas meledakkan bom sperma yang amat dahsyat dan kemudian jatuh terhempas di atas pantat Della, seiring Della yang kembali mendapatkan orgasme terbesarnya malam ini.



Pemandangan ini terlihat sangat erotis bagiku dengan cairan cinta Della yang membasahi semua tempat dan sperma Thomas yang meleleh keluar dari lubang anusnya. Saat Thomas berbaring kecapaian di atas lantai, Della tergeletak di atas sofa dengan sebuah lelehan sperma yang panjang turun dari pantatnya. Aku memandangi sperma tersebut yang tak terputus hingga akhirnya jatuh menetes di atas karpet dan membentuk sebuah pola basah yang semakin membesar.



Setelah berejakulasi, dia tergeletak di atas lantai dan membiarkan Della yang masih lemah dengan tubuh yang setengahnya berada di atas sofa. Dia juga teramat lelah untuk bergerak. Tak dapat kulupakan pemandangan setelah Thomas menarik keluar penisnya dan Della hanya diam terbaring di sana. Lubang anusnya terbuka lebar hingga aku dapat melihat isi dalamnya. Anal seks yang baru saja mereka lakukan meyakinkanku saat kulihat spermanya yang meleleh keluar dari dalam lubang anus Della bahwa aku menyukai segala yang terjadi. Pemandangan tadi membuatku sangat terangsang dan segera menaiki tubuh Della untuk ikut 'menyumbangkan' spermaku ke lubang anusnya yang sudah merekah. Lubang anusnya terasa sudah kendor dan membuka lebar.



Sejak saat itu, tiga kali lagi kami bersama menghabiskan waktu dengan bercinta dan bercinta lagi. Della jadi ketagihan menjadi budak seksnya dan bersedia melakukan apa pun keinginannya. Dia menjadi sangat penurut terhadapnya dan menelan sperma sesering yang Thomas kehendaki, atau bahkan Della mengijinkannya menyetubuhi lubang anusnya. Sangat menarik mengamati perubahan yang terjadi pada diri Della, kuperhatikan bahwa dia menyukai didominasi secara menyeluruh saat berhubungan seks. Thomas menyukai lubang anus Della dan dia sering menyetubuhi lubang anus Della saat kami bertiga melakukan persetubuhan dan Della selalu mendapatkan multi orgasmenya setiap kali Thomas melakukan hal itu padanya.



Suatu kali Thomas mengikuti Della berjalan menuju ke kamar kami untuk mandi setelah bersetubuh selama 3 jam non stop. Thomas masuk ke dalam kamar mandi bersamanya dan mereka kembali bersetubuh di dalam kamar mandi tersebut. Aku melihatnya dari balik kaca kamar mandi, pemandangan yang kusaksikan semakin bertambah erotis dengan butiran-butiran air yang ada di sekujur tubuh mereka dan dia kembali menyetubuhi Della dari belakang.



Tiba-tiba, hal yang membuat kami kecewa, Thomas harus segera meninggalkan kota ini. Kami merindukan seks bersama Thomas, tapi selalu berterima kasih dengan pertolongannya terhadap Della dan aku sadar bahwa kami berdua menikmati ada seorang pria lain yang bercinta dengan Della. Pengalaman seksual Della bersama Thomas mengubah seluruh kehidupan seksualnya dan bagaimana terbukanya dia sekarang terhadap eksplorasi kehidupan seksual kami. Untung saja dia tidak hamil setelah bercinta bersama Thomas.

363a_4_

Aku sangat berhutang budi terhadap Thomas yang telah membebaskan gairah seksual Della. Pengalaman bersamanya dalam 'permainan bertiga' kami membuat Della akhirnya menyukai melakukan hubungan seks dengan dua orang pria bersamaan, dan sekarang bahkan dengan wanita juga. Sejak dengan Thomas.. dia sudah melakukannya dengan beberapa pria lain yang ukuran penisnya bahkan lebih besar dari penis raksasa milik Thomas. Dia tak lagi merasa takut bersama dengan pria lain selain aku untuk bercinta. Dia menikmatinya. Dia menikmati seks, tapi kami berdua sepakat bahwa dia tak akan melakukannya tanpa kehadiranku.



Sekarang dia suka berpakaian seksi saat bertemu dengan pria lain agar membuatnya terangsang. Kami melakukannya beberapa kali dengan pria lain dan sangat erotis bagiku melihatnya. Hidupku rasanya jadi semakin baik dan semakin bertambah baik saja sekarang karena dia sangat antusias dan senang dipuaskan oleh dua pria sekaligus dan bersikap seperti seorang putri saat melakukannya. Kami mengharapkan ada pasangan lain yang mau mencobanya bersama kami..
179a_1_




E N D

Keluarin di Mulutku Saja ya ... 6





Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap-usap dengan arah semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya kusingkap ke atas, sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana dalamnya. Dan ketika tanganku sampai di selangkangannya, mulut Rani berpindah menciumi kupingku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah basah. Tanganku segera menyelinap ke balik celana dalamnya, dan mulai memainkan clitorisnya. Kuelus-elus pelan-pelan, kuusap dengan penuh perasaan, kemudian kuputar-putar, semakin lama semakin cepat. Tiba-tiba tangannya mencengkram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku, sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badannya tersentak-sentak beberapa saat.
"Dodi.. aduuuhh.. aku tidak tahan sekali.. berhenti dulu yaahh.. nanti di rumah ajaa.." rintihnya. Aku pun segera mencabut tanganku dari selangkangannya.
"Dodi.. sekarang aku mainin punya kamu yaahh.." katanya sambil mulai meraba celanaku yang sudah menonjol. Kubantu dia dengan kubuka ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku ditariknya keluar celana, sehingga mengacung tegak.
"Dodi.. ini sudah basah.. cairannya licin.." rintihnya di kupingku sambil mulai digenggam dengan dua tangan. Tangan yang kiri menggenggam pangkal penisku, sedangkan yang kanan ujung penisku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala penis dan meratakan cairannya.
"Rani.. teruskan sayang.." kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi. Aku merasa penisku sudah keras sekali. Rani meremas dan mengurut penisku semakin cepat. Aku merasa spermaku sudah hampir keluar. Aku bingung sekali karena takut kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana.
"Rani.. aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh.." kataku dengan suara yang tidak yakin, karena masih keenakan.
"Waahh.. Rani belum mau berhenti.. punya kamu ini bikin aku gemes.." rengeknya.
"Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..!" ajakku, dan ketika Rani mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian Rani, dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai. Di mobil tangan Rani kembali mengusap-usap celanaku. Dan aku diam saja ketika dia buka ritsluitingku dan menelusupkan tangannya mencari penisku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan penisku makin berdenyut ketika dia bilang, "Nanti aku boleh yah nyiumin ininya yah.." Aku pengin segera sampai kerumah.

Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat. Sewaktu Rani membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan kuciumi samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas. Rani kubimbing ke ruang keluarga. Sambil berdiri kuciumi bibirnya, kulumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya. Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai meremasi susunya yang masih dibalut beha. Dengan tak sabar behanya segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan terakhir celana dalamnya juga kuturunkan dan semuanya teronggok di karpet.

Badannya yang telanjang kupeluk erat-erat. Ini pertama kalinya aku memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Rani yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya. Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Rani juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan ketika melepas celana dalamku, Rani melakukannya sambil memeluk badanku. Penisku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan menekan perutnya. Uuuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kita yang sama-sama telanjang bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kita saling melumat dengan nafas yang semakin memburu. Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi susunya dengan bergantian. Tangan Rani juga sudah menggenggam dan mengelusi penisku. Badan Rani bergelinjangan, dan dari mulutnya keluar rintihan yang semakin membangkitkan birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi mengerang dengan bebas.

Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Rani mulai merendahkan badannya, sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat di depan selangkanganku. Matanya memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan mulutnya setengah terbuka. Penisku terus dinikmati, dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak. Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke kepala penisku. Aku melihatnya dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak ketika akhirnya bibirnya mengecup kepala penisku. Tangannya masih menggenggam pangkal penisku, dan mengelusnya pelan-pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala penisku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan penisku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan lidah tetap memutari kepala penisku. Aku semakin mengerang, dan karena tidak tahan, kudorong penisku sampai terbenam kemulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ketenggorokannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju mundurkan di dalam mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang kepalanya aku tekan-tekan agar penisku semakin nikmat. Isapan mulutnya dan lidahnya yang melingkar-lingkar membuat aku merasa sudah tidak tahan. Apalagi sewaktu Rani melakukannya semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat.

Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku dari mulutnya. Tapi Rani menahannya dan tetap menghisap penisku. Maka aku pun tidak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam mulutnya dengan rasa nikmat yang luar biasa. Spermaku langsung ditelannya dan dia terus menghisapi dan menyedot penisku sampai spermaku muncrat berkali-kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Meskipun spermaku sudah habis, mulut Rani masih terus menjilat. Akupun akhirnya tidak kuat lagi berdiri dan akhirnya dengan nafas sama-sama tersengal-sengal kita berbaring di karpet dengan mata terpejam.
"Thanks ya Ran, tadi itu nikmat sekali", kataku berbisik.
"Ah.. aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu."
Kemudian ujung hidungnya kukecup, matanya juga, kemudian bibirnya. Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya. Pelan-pelan kuciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kami mulai naik lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi susunya yang sebelah kanan sedangkan tanganku mulai meremas susu yang kiri. Rani mulai menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah gemas memainkan susu dan putingnya. Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian pelan-pelan aku mulai mengusapkan tanganku keperutnya, kemudian ke bawah lagi sampai merasakan bulu kemaluannya, kuelus dan kugaruk sampai mulutnya menciumi kupingku. Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus menciumi susunya, jariku mulai memainkan clitorisnya yang sudah mulai terangsang juga. Cairan vaginanya kuusap-usapkan ke seluruh permukaan vaginanya, juga ke clitorisnya, dan semakin licin clitoris dan vaginanya, membuat Rani semakin menggelinjang dan mengerang. clitorisnya kuputar-putar terus, juga mulut vaginanya bergantian.

"Ahh.. Dodiii.. aahh.. terusss... aahh.. sayaanggg.." mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang-goyang. Pantatnya juga mulai terangkat-angkat. Aku pun segera menurunkan kepalaku ke arah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua kakinya kulipat ke atas, kupegangi dengan dua tanganku dan pahanya kulebarkan sehingga vagina dan clitorisnya terbuka di depan mukaku. Aku tidak tahan memandangi keindahan vaginanya. Lidahku langsung menjulur dan mengusap clitoris dan vaginanya. Cairan vaginanya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi mulut vaginanya dengan ganas, dan lidahku kuselip-selipkan ke lubangnya, kukait-kaitkan, kugelitiki, terus begitu, sampai pantatnya terangkat, kemudian tangannya mendorong kepalaku sampai aku terbenam di selangkangannya. Aku jilati terus, clitorisnya kuputar dengan lidah, kuhisap, kusedot, sampai Rani meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut.

"Dodii.. aku tidak tahan.. aduuhh.. aahh.. enaakk sekaliii.. " rintihnya berulang-ulang.

- - - BERSAMBUNG - - -

Mulutku sudah berlumuran cairan vaginanya yang semakin membuat nafsuku tidak tertahankan. Kemudian kulepaskan mulutku dari vaginanya. Sekarang giliran penisku kuusap-usapkan ke clitoris dan bibir vaginanya, sambil aku duduk mengangkang juga. Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali ketika penisku digeser-geserkan di vaginanya. Rani juga merasakan hal yang sama, dan sekarang tangannya ikut membantu dan menekan penisku digeser-geserkan di clitorisnya.
"Raniii.. aahh.. enakkk.. aahh.."
"aahh.. iya.. eeennaakkk sekaliii.."
Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin gatal, aku mulai menggosokkan kepala penisku ke mulut vaginanya. Rani semakin menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala penisku masuk ke vaginanya.
"Aduuuhh.. Dodii.. saakiiitt.. aadduuuhh.. jaangaann.." rintihnya
"Tahan dulu sebentar... Nanti juga hilang sakitnya.." kataku membujuk
Kemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian kutekan lagi, kukeluarkan lagi, kutekan lagi, kemudian akhirnya kutekan lebih dalam sampai masuk hampir setengahnya. Mulut Rani sampai terbuka tapi sudah tidak bisa bersuara.

Punggungnya terangkat dari karpet menahan desakan penisku. Kemudian pelan-pelan kukeluarkan lagi, kudorong lagi, kukeluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya ketika aku mendorong lagi kali ini kudorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali ini kita sama-sama mengerang dengan keras. Badan kita berpelukan, mulutnya yang terbuka kuciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan keras sekali sehingga aku merasa ujung penisku sudah mentok ke dinding vaginanya. Kita tetap berpelukan dengan erat saling mengejang untuk beberapa saat lamanya. Mulut kami saling menghisap dengan kuat. Kita sama-sama merasakan keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya sedikit demi sedikit mulai bergoyang, maka aku pun mulai menggerakkan penisku pelan-pelan, maju, mundur, pelan, pelan, semakin cepat, semakin cepat, dan goyangan pantat Rani juga semakin cepat.
"Dodii.. aduuuhh.. aahh.. teruskan sayang.. aku hampir niihh.." rintihnya.
"Iya.. nihh.. tahan dulu.. aku juga hampirr.. kita bareng ajaa.." kataku sambil terus menggerakkan penis semakin cepat. Tanganku juga ikut meremasi susunya kanan dan kiri. Penisku semakin keras, kuhunjam-hunjamkan ke dalam vaginanya sampai pantatnya terangkat dari karpet. Dan aku merasa vaginanya juga menguruti penisku di dalam. Penisku kutarik dan kutekan semakin cepat, semakin cepat.. dan semakin cepat.. dannn.."Raaniii.. aku mau keluar niihh..""Iyaa.. keluarin saja.. Rani juga keluar sekarang niiihh."Aku pun menghunjamkan penisku keras-keras yang disambut dengan pantat Rani yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding vaginanya dengan keras. Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras sehingga penisku makin mentok, tangannya mencengkeram punggungku. Vaginanya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan sebanyak-banyaknya menyirami vaginanya.
"aahh... aahh.. aahh.." kita sama-sama mengerang, dan vaginanya masih berdenyut, mencengkeram penisku, sehingga spermaku berkali-kali menyembur. Pantatnya masih juga berusaha menekan-nekan dan memutar sehingga penisku seperti diperas. Kita orgasme bersamaan selama beberapa saat, dan sepertinya tidak akan berakhir. Pantatku masih ditahan dengan tangannya, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan vaginanya masih berdenyut meremas-remas penisku dengan enaknya sehingga sepertinya spermaku keluar semua tanpa tersisa sedikitpun.
"aahh.. aahh.. aduuuhh..." Kita sudah tidak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.

Ketika sudah mulai kendur, kuciumi Rani dengan penis masih di dalam vaginanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling membelai. Kuciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau Rani sedang menangis. Tanpa berbicara kita saling menghibur. Aku menyadari bahwa selaput daranya telah robek karena penisku. Dan ketika penisku kucabut dari sela-sela vaginanya memang mengalir darah yang bercampur dengan spermaku. Kita terus saling membelai, dan Rani masih mengisak di dadaku, sampai akhirnya kita berdua tertidur kelelahan dengan berpelukan.

Aku terbangun sekitar jam 11 malam, dan kulihat Rani masih terlelap di sampingku masih telanjang bulat. Segera aku bangun dan kuselimuti badannya pelan-pelan. Kemudian aku segera ke kamar mandi, kupikir shower dengan air hangat pasti menyegarkan. Aku membiarkan badanku diguyur air hangat berlama-lama, dan memang menyegarkan sekali. Waktu itu kupikir aku sudah mandi sekitar 20 menit, ketika aku merasa kaget karena ada sesuatu yang menyentuh punggungku. Belum sempat aku menoleh, badanku sudah dilingkari sepasang tangan. Ternyata Rani sudah bangun dan masuk ke kamar mandi tanpa kuketahui. Tangannya memelukku dari belakang, dan badannya merapat di punggungku.
"Aku ikut mandi yah..?" katanya.
Aku tidak menjawab apa-apa. Hanya tanganku mengusap-usap tangannya yang ada di dadaku, sambil menenangkan diriku yang masih merasa kaget. Sambil tetap memelukku dari belakang, Rani mengambil sabun dan mulai mengusapkannya di dadaku. Nafsuku mulai naik lagi, apalagi aku juga merasakan susunya yang menekan punggungku. Usapan tangan Rani mulai turun ke arah perutku, dan penisku mulai berdenyut dan berangsur menjadi keras. Tidak lama kemudian tangan Rani sampai di selangkanganku dan mulai mengusap penisku yang semakin tegak. Sambil menggenggam penisku, Rani mulai menciumi belakang leherku sambil mendesah-desah, dan badannya semakin menekan badanku. Selangkangan dan susunya mulai digesek-gesekkan ke pantat dan punggungku, dan tangannya yang menggenggam penisku mulai meremas-remas dan digerakkan ke pangkal dan kepala penisku berulang-ulang sehingga aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.

"Raniii oohh.. nikmat sekali sayang."
"Dodiii uuuhh", erangnya sambil lidahnya semakin liar menciumi leherku. Aku yang sudah merasa gemas sekali segera menarik badannya, dan sekarang posisi kita berbalik. Aku sekarang memeluk badannya dari belakang, kemudian pahanya kurenggangkan sedikit, dan penisku diselinapkan di antara pahanya, dan ujungnya yang nongol di depan pahanya langsung di pegang lagi oleh Rani. Tangan kiriku segera meremasi susunya dengan gemas sekali, dan tangan kananku mulai meremasi bulu kemaluannya. Kemudian ketika jari tangan kananku mulai menyentuh clitorisnya, Rani pun mengerang semakin keras dan pahanya menjepit penisku, dan pantatnya mulai bergerak-gerak yang membuat aku semakin merasa nikmat. Mukanya menengok ke arahku, dan mulutnya segera kuhisap dengan keras. Lidah kami saling membelit, dan jari tanganku mulai mengelusi clitorisnya yang semakin licin. Kepala penisku juga mulai dikocok-kocok dengan lembut.
"Rani aku tidak tahan nih aduuuhh."
"Iya Dod.. aku juga sudah tidak tahan.. uuuhh.. uuuhh."
Badan Rani segera kubungkukkan, dan kakinya kurenggangkan. Aku segera mengarahkan dan menempelkan ujung penisku ke arah bibir vaginanya yang sudah menganga lebar menantang.
"Dodi.. cepat masukkan sayang cepat uuhh ayoo." Aku yang sudah gemas sekali segera menekan penisku sekuat tenaga sehingga langsung amblas semua sampai ke dasar vaginanya. Rani menjerit keras sekali. Mukanya sampai mendongak.
"aahh.. kamu kasar sekali.. aduuhh sakit aduuhh.." Aku yang sudah tidak sabar mulai menggerakkan penisku maju mundur, kuhunjam-hunjamkan dengan kasar yang membuat Rani semakin keras mengerang-erang. Susunya aku remas-remas dengan dua tanganku. Tidak lama kemudian Rani mulai menikmati permainan kita, dan mulai menggoyangkan pantatnya. Vaginanya juga mulai berdenyut meremasi penisku. Aku menjadi semakin kasar, dan penisku yang sudah keras sekali terus mendesak dasar vaginanya. Dan kalau penisku sedang maju membelah vaginanya, tanganku juga menarik pantatnya ke belakang sehingga penisku menghunjam dengan kuat sekali. Tapi tiba-tiba Rani melepaskan diri.
"hh sekarang giliranku aku sudah hampir sampai." katanya. Kemudian aku disuruh duduk selonjor di lantai di antara kaki Rani yang mulai menurunkan badannya. Penisku yang mengacung ke atas mulai dipegang Rani, dan di arahkan ke bibir vaginanya.

Tiba-tiba Rani menurunkan badannya duduk di pangkuanku sehingga penisku langsung amblas ke dalam vaginanya. Kita sama-sama mengerang dengan keras, dan mulutnya yang masih menganga kuciumi dengan gemas. Kemudian pantatnya mulai naik turun, makin lama makin keras. Rani melakukannya dengan ganas sekali. Pantatnya juga diputar-putar sehingga aku merasa penisku seperti dipelintir.
"Dodii.. aku.. aku.. sudah.. hampirrr, uuuhh..." Erangnya sambil terus menghunjam-hunjamkan pantatnya. Mulutku beralih dari mulutnya ke susunya yang bulat sekali. Putingnya kugigit-gigit, dan lidahku berputar menyapu permukaan susunya. Susunya kemudian kusedot dan kukenyot dengan keras, membuat gerakan Rani semakin liar. Tidak lama kemudian Rani menghunjamkan pantatnya dengan keras sekali dan terus menekan sambil memutar pantatnya.
"Sekaranggg aahh sekaranggg Dodi, sekaranggg", Rani berteriak-teriak sambil badannya berkelojotan. Vaginanya berdenyutan keras sekali. Mulutnya menciumi mulutku, dan tangannya memelukku sangat keras. Rani orgasme selama beberapa detik, dan setelah itu ketegangan badannya berangsur mengendur.
"Dod, makasih yah.., sekarang aku pengin ngisep boleh yah..?" katanya sambil mengangkat pantatnya sampai penisku lepas dari vaginanya. Rani kemudian menundukkan mukanya dan segera memegang penisku yang sangat keras, berdenyut, dan ingin segera memuntahkan air mani. Mulutnya langsung menelan senjataku sampai menyentuh tenggorokannya. Tangannya kemudian mengocok pangkal penisku yang tidak muat di mulutnya. Kepalanya naik turun mengeluar-masukkan penisku. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Ujung penisku yang sudah sampai di tenggorokannya masih aku dorong-dorong. Tanganku juga ikut mendesakkan kepalanya. Lidahnya memutari penisku yang ada dalam mulutnya. "Raniii isap terus terusss hampirr terusss yyyaa sekaranggg sekarangg.. issaapp..", Rani yang merasa penisku hampir menyemburkan sperma semakin menyedot dengan kuat. Dan..."aahh.. sekaranggg.. sekaranggg.. issaappp.." spermaku menyembur dengan deras berkali-kali dengan rasa nikmat yang tidak berkesudahan. Rani dengan rakusnya menelan semuanya, dan masih menyedot sperma yang masih ada di dalam penis sampai habis. Rani terus menyedot yang membuat orgasmeku semakin nikmat. Dan setelah selesai, Rani masih juga menjilati penisku, spermaku yang sebagian tumpah juga masih di jilati.

Kemudian setelah beristirahat beberapa saat, kami pun meneruskan mandi sambil saling menyabuni. Setiap lekuk tubuhnya aku telusuri. Dan aku pun semakin menyadari bahwa badannya sangat indah. Setelah itu kami tidur berdua sambil terus berpelukan.

Pagi-pagi ketika aku bangun ternyata Rani sudah berpakaian rapi, dan dia cantik sekali. Dia mengenakan rok mini dan baju tanpa lengan yang serasi dengan kulitnya yang halus. Dia mengajakku belanja ke Mall karena persediaan makanan memang sudah habis. Maka aku pun segera mandi dan bersiap-siap.

Di perjalanan dan selama berbelanja kita saling memeluk pinggang. Siang itu aku menikmati jalan berdua dengannya. Kita belanja selama beberapa jam, kemudian kita mampir ke sebuah Café untuk makan siang. Di dalam mobil dalam perjalanan pulang kita ngobrol-ngobrol tentang semua hal, dari masalah pelajaran sekolah sampai hal-hal yang ringan. Ketika ngobrol tentang sesuatu yang lucu, Rani tertawa sampai terpingkal-pingkal, dan saking gelinya sampai kakinya terangkat-angkat. Dan itu membuat roknya yang pendek tersingkap. Aku pun sembari menyetir, karena melihat pemandangan yang indah, meletakkan tanganku ke pahanya yang terbuka.
"Ayo.. nakal yah.." kata Rani, bercanda.
"Tapi suka kan?" kataku sambil meremas pahanya. Kami pun sama-sama tersenyum. Mengusap-usap paha Rani memang memberi sensasi tersendiri, sampai aku merasa penisku menjadi tegang sendiri.
"Dodi.. sudah kamu nyetir saja dulu, tuh kan itunya sudah bangun.. pingin lagi yah? Rani jadi pengin ngelusin itunya nih.." kata Rani menggodaku. Aku cuma senyum menanggapinya, dan memang aku sudah kepingin mencumbunya lagi.
"Dodi, bajunya dikeluarin dong dari celana, biar tanganku ketutupan. Dipegang yah?" Aku semakin nyengir mendengarnya. Tapi karena memang kepingin, dan memang lebih aman begitu dari pada aku yang meneruskan aksiku. Sambil menyetir aku pun mengeluarkan ujung bajuku dari celanaku. Kemudian tanpa menunggu, tangan Rani langsung menyelinap ke balik bajuku, ke arah selangkanganku. Tangannya mencari-cari penisku yang semakin tegang.

"Ati-ati, masih siang nih, kalau ada orang nanti tangan kamu ditarik yah!" kataku. Rani diam saja, dan kemudian tersenyum ketika tangannya menemukan apa yang dicari-cari. Tangannya kemudian mulai meremas penisku yang masih di dalam celana. Penisku semakin tegang dan berdenyut-denyut. Karena terangsang juga, Rani mulai berusaha membuka ritsluiting celanaku, dan kemudian menyelinapkan tangannya, dan mulai memegang kepala penisku. Cairan pelumas yang mulai keluar diusap-usapkan ke kepala dan batang penisku.
"Dodi.. aku pengin ngisep ininya.. aku pengin ngisep sampai kamu keluar dimulutku.." katanya sambil agak mendesah. Aku juga ingin segera merasakan apa yang dia ingini. Yang ada di otakku adalah segara sampai di rumah, dan segera mencumbunya.

Tapi harapan kita ternyata tidak segera terwujud karena sesampainya di rumah, ternyata orang tua Rani sudah pulang. Kita cuma saling berpandangan dan tersenyum kecewa.
"Eh, sudah pada pulang yah.." Rani menyapa mereka.
"Iya nih, ada perubahan acara mendadak. Makanya sekarang cape banget. Nanti malem ada undangan pesta, makanya sekarang mau istirahat dulu. Kamu masak dulu saja ya sayang.. sudah belanja kan?" kata maminya Rani.
"Iya deh, sebentar Rani ganti baju dulu. Eh, Dodi, katanya kamu pengin belajar masak, ayo, sekalian bantuin aku", kata Rani sambil tersenyum penuh arti. Aku cuma mengiyakan dan ke kamarku ganti pakaian dengan celana pendek dan T-shirt. Kemudian aku ke dapur dan mengeluarkan belanjaan dan memasukkannya ke lemari es. Tidak lama kemudian Rani menyusul ke dapur. Dia pun sudah berganti pakaian, dan sekarang memakai daster kembang-kembang. Tante juga ikut-ikutan menyiapkan bahan makanan dan Rani mulai mengajariku memasak.
"Sudah Mami istirahat saja sana, kan ini juga sudah ada yang ngebantuin.." kata Rani.
"Iya deh, emang Mami cape banget sih, sudah yah, Mami mau coba istirahat saja", kata Maminya Rani sambil keluar dari dapur. Aku yang sedang memotongi sayuran cuma tersenyum. Setelah beberapa saat, Rani tiba-tiba memelukku dari belakang, tangannya langsung ditelusupkan ke dalam celanaku dan memegang penisku yang masih tidur.

"Eh.. kok ininya bobo lagi.. Rani bangunin yah?" tangannya dikeluarkan kemudian Rani mengambil salad dressing yang ada di depanku, masih sambil merapatkan badannya dari belakangku. Kemudian salad dressingnya dituangkan ke tangannya, dan langsung menyelinap lagi ke celana dan dioleskan ke penisku yang langsung menegang. Sambil merapatkan badannya, susunya menekan punggungku, Rani mulai meremasi penisku dengan dua tangannya. Nikmat yang aku rasakan sangat luar biasa. Aku segera melingkarkan tangan ke belakang, meremas pantatnya yang bulat itu. Tanganku aku turunkan sampai ke ujung dasternya, kemudian kusingkapkan ke atas sambil meremas pahanya dengan gemas. Ketika sampai di pangkal pahanya, aku baru menyadari kalau Rani ternyata sudah tidak memakai celana dalam. Maka tanganku menjadi semakin gemas meremasi pantatnya, dan kemudian menelusuri pahanya ke depan sampai ke selangkangannya. Jari-jariku segera membuka belahan vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya yang sudah sangat basah terkena cairan yang semakin banyak keluar dari vaginanya. Tangan Rani juga semakin liar meremas, meraba dan mengocok penisku.
"Rani.. sana diliat dulu, apa Om dan Tante memang sudah tidur.." kataku berbisik karena merasa agak tidak aman. Rani kemudian melepaskan pegangannya dan keluar dapur.

Tidak lama kemudian Rani kembali dan bilang semuanya sudah tidur. Aku segera memeluk Rani yang masih ada di pintu dapur, kemudian pelan-pelan pintu kututup dan Rani kupepet ke dinding. Kita berciuman dengan gemasnya dan tangan kita langsung saling menelusup dan memainkan semua yang ditemui. Penisku langsung ditarik keluar oleh Rani dan aku segera menyingkap dasternya ke atas, kemudian kaki kirinya kuangkat ke pinggulku, dan selangkangannya yang menganga langsung kuserbu dengan jari-jariku. Tangan Rani menuntun penisku ke arah selangkangannya, menyentuhkan kepala penisku ke belahan vaginanya dan terus-terusan menggosok-gosokkannya. Untuk mencegah agar Rani tidak mengerang, mulutnya terus kusumbat dengan mulutku. Kemudian karena sudah tidak tahan, aku segera mengarahkan penisku tepat ke mulut vaginanya, dan menekan pelan-pelan, terus ditekan, terus ditekan sampai seluruh batangnya amblas. Kaki Rani satunya segera kuangkat juga ke pinggangku, sehingga sekarang dua kakinya melingkari pinggangku sambil kupepet di dinding. Kita saling mengadu gerakan, aku maju-mundurkan penisku, dan Rani berusaha menggoyang-goyangkan pantatnya juga. Vaginanya berdenyutan terasa meremasi batang penisku. Tidak lama kemudian aku merasa Rani hampir orgasme. Denyutan vaginanya semakin keras, badannya semakin tegang dan isapan mulutnya di mulutku semakin kuat. Kemudian aku merasa Rani orgasme. Kontraksi otot vaginanya membuat penisku merasa seperti diurut-urut dan aku juga merasa hampir mencapai orgasme. Setelah orgasme, gerakan Rani tidak liar lagi, dia cuma mengikuti gerakan pantatku yang masih menghunjam-hunjamkan penisku dan mendesakkan badannya ke dinding.

Kemudian sementara penisku masih di dalam dan kaki Rani masih di pinggangku, aku melangkah ke arah meja dapur dan duduk di salah satu kursi, sehingga sekarang Rani ada di pangkuanku dengan punggung menyandar di meja dapur. Selama beberapa saat kita cuma berdiam diri saja. Rani masih menikmati sisa kenikmatan orgasmenya dan menikmati penisku yang masih di dalam vaginanya. Sementara aku menikmati sekali posisi ini, dan menikmati melihat Rani ada di pangkuanku. Tanganku mengusap-usap pahanya dan menyingkapkan dasternya ke atas sampai melihat bulu kemaluan kami yang saling menempel. Belahan vaginanya kubuka dan aku melihat pemandangan yang sangat indah. Penisku hanya kelihatan pangkalnya karena seluruh batangnya masih di dalam vagina Rani, dan di atasnya aku melihat clitorisnya yang sangat basah. Jari-jariku mulai mengusap-usap clitorisnya sampai Rani mulai mendesis-desis lagi, dan pantatnya mulai bergerak lagi, berputar dan mendesakkan penisku menjadi semakin masuk. Aku merasa vaginanya mulai berdenyutan lagi meremas-remas penisku. Karena gemas, kadang-kadang clitorisnya kupelintir dan kucubit-cubit.

Kemudian dasternya kusingkap semakin ke atas sampai aku melihat susunya yang menantangku untuk segera memainkannya. Dengan tak sabar segera susunya yang kiri kulumat dengan mulutku, yang membuat kepala Rani mendongak merasakan kenikmatan itu. Sambil melumati susunya, lidahku juga memainkan putingnya yang sudah sangat tegang. Kadang-kadang putingnya juga kugigit-gigit kecil dengan gemas. Tanganku dua-duanya meremasi pantatnya yang bulat.
"Ya Tuhan Dodiii aahh aahh", rintihnya di kupingku, sambil kadang menjilati dan menggigit kupingku.
"Dodii.. aahh.. aku hampir dapet lagii.. ahh.., terus gitu sayang", rintihnya dengan gerakan yang semakin liar. Pantatnya semakin keras menekan dan berputaran, yang membuat penisku juga seperti dipelintir dengan lembut. Aku pun menuruti dan terus memberikan kenikmatan dengan terus memainkan susunya bergantian yang kiri dan kanan, dan tanganku juga ikut memainkan puting susunya, sampai Rani tiba-tiba menggigit kupingku dengan keras dan setelah menghentakkan pantatnya dia memelukku dengan eratnya.
"hh Dodddiii.. hh. hh." Aku merasakan Rani orgasme untuk kedua kalinya dan lebih hebat dari yang pertama. Denyutan vaginanya keras sekali dan berlangsung selama beberapa detik, dan kenikmatan yang aku rasakan membuatku merasa sudah hampir orgasme. Tapi setelah orgasme, ternyata Rani masih ingat keinginannya untuk menghisap penisku.
"Dodi.. jangan dikeluarin dulu.. nanti di mulutku saja yah". Maka setelah turun dari pangkuanku, Rani segera jongkok di depanku dan langsung mengulum penisku. Lidahnya memutari batangnya dan mulutnya menyedot-nyedot membuat aku merasa orgasmeku sudah sangat dekat. Tanganku memegang belakang kepala Rani, dan kutekan agar penisku semakin masuk di mulutnya, kemudian aku juga membantu memasuk-keluarkan penisku di mulutnya, dan
"aahh Rani aku keluarrr terus isaappp.. aahh.." dan memang Rani dengan lahapnya terus menghisap spermaku yang langsung berhamburan masuk ke tenggorokannya. Penisku yang masih mengeluarkan sperma terus disedot dan dikenyot-kenyot dan pangkal penisku juga terus-terusan dikocok-kocok. Orgasmeku kali ini kurasakan sangat luar biasa.

Setelah itu kita kembali berciuman, dan kembali meneruskan memasak.
"Dodi.. makasih yah, tapi aku belum puas, habis kurang bebas sih, entar malem lagi yah..!" aku yang merasa hal yang sama cuma mengangguk.
"Ran, aku nanti malem pengin menikmati seluruh tubuhmu."
"Maksudmu..? apa selama ini belum?"
"Aku pengin melakukan hal yang lain sama kamu.., tunggu saja.."
"Ihh.. apaan sih.., Rani jadi merinding nih", kata Rani sambil memperlihatkan bulu-bulu tangannya yang memang berdiri, dan sambil tersenyum aku mengelusi tangannya. Kemudian badannya kupeluk dari belakang dengan lembut. Aku merasa bahagia sekali.

- - - TAMAT .

Keluarin di Mulutku Saja ya ... 5





Akhirnya kita berdua jatuh terduduk di lantai. Dan tangan Rani berlumuran spermaku ketika dikeluarkan dari celana dalamku. Kita berpandangan, dan bibirnya kembali kukecup, sedangkan tangannya aku bersihkan pakai tissue. Dan secara kebetulan aku melihat ke arah jam.
"Astaga, sekarang sudah jam 11! Wah, sudah malam sekali nih, aku ke kamarku dulu yah, takut Om curiga nanti.." kataku sembari berharap mudah-mudahan suara desahan kita tidak sampai ke kuping orang tuanya. Setelah Rani mengangguk, aku bergegas menyelinap ke kamarku.Malam itu aku tidur nyenyak sekali.

Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah rupanya sudah pergi semua. Aku pun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari itu kuliah sangat padat, pikiranku tidak bisa konsentrasi sedikit pun, yang kupikirkan cuma Rani. Aku pulang ke rumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian ketika aku sedang nonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Rani keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan mukanya menunduk.
"Dodi, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong.."
"Eh.. apa? Iya, iya aku tidak ada acara, sebentar yah aku ganti baju dulu" jawabku, dan aku buru-buru ganti baju dengan jantung berdebaran. Setelah siap, aku pun segera mengajaknya berangkat. Rani menyarankan agar kita pergi dengan mobilnya. Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika Rani duduk di sebelahku, aku baru sadar kalau dia pakai rok pendek, sehingga ketika duduk ujung roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop mataku tidak bisa lepas melirik kepahanya.

Sesampainya di bioskop, aku beranikan memeluk pinggangnya, dan Rani tidak menolak. Dan sewaktu mengantri di loket kupeluk dia dari belakang. Aku tahu Rani merasa penisku sudah tegang karena menempel di pantatnya. Rani meremas tanganku dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling belakang, dan ternyata yang menonton tidak begitu banyak, dan di sekeliling kita tidak ditempati. Kami segera duduk dengan tangan masih saling meremas. Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera kuusap mukanya, kemudian kudekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman dengan gemasnya. Lidahku dan lidahnya saling berkaitan, dan kadang-kadang lidahku digigitnya lembut. Tanganku segera menyelinap ke balik bajunya. Dan karena tidak sabar, langsung saja kuselinapkan ke balik behanya, dan susunya yang sebelah kiri aku remas dengan gemas. Mulutku langsung dihisap dengan kuat oleh Rani. Tanganku pun semakin gemas meremas susunya, memutar-mutar putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Rani mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin meronta menuntut sesuatu.

- - - BERSAMBUNG - - -

Keluarin di Mulutku Saja ya ... 4





"Dodiii.. aahh.. baju kamu dibuka dong.. aahh.." Akupun mengikuti keinginannya. Tapi selain baju, celana juga kulepas, hingga aku juga cuma pakai celana dalam. Mulutnya kembali kucium dan tanganku memainkan susunya. Penisku semakin keras karena Rani menggesek-gesekkan pinggulnya sembari mengerang-erang. Tanganku mulai menyelinap ke celana dalamnya. Bulu kemaluannya aku usap-usap, dan kadang aku garuk-garuk. Aku merasa vaginanya sudah basah ketika jariku sampai ke mulut vaginanya. Dan ketika tanganku mulai mengusap clitorisnya, ciumannya di mulutku semakin liar. Mulutnya mengisap mulutku dengan keras. Clitorisnya kuusap, kuputar-putar, makin lama semakin kencang, dan semakin kencang. Pantat Rani ikut bergoyang, dan semakin rapat menekan, sehingga penisku semakin berdenyut. Sementara clitorisnya masih aku putar-putar, jariku yang lain juga mengusap bibir vaginanya. Rani menggelinjang semakin keras, dan pada saat tanganku mengusap semakin kencang, tiba-tiba tanganku dijepit dengan pahanya,dan badan Rani tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.
"aahh aahh Dodiii.. adduuuhh aahh aahh aahh",
Dan setelah beberapa saat akhirnya jepitannya berangsur semakin mengendur. Tapi mulutnya masih mengerang-erang dengan pelan.
"Dod.. aku boleh yah pegang punya kamu", tiba-tiba bisiknya di kupingku. Aku yang masih tegang sekali merasa senang sekali.
"Iyaa.. boleh.." bisikku. Kemudian tangannya kubimbing ke celana dalamku.
"Aahh..." Akupun mengerang ketika tangannya menyentuh penisku. Terasa nikmat sekali. Rani juga terangsang lagi, karena sambil mengusap-usap kepala penisku, mulutnya mengerang di kupingku. Kemudian mulutnya kucium lagi dengan ganas. Dan penisku mulai di genggam dengan dua tangannya, di urut-urut dan cairan pelumas yang keluar diratakan keseluruh batangku. Badanku semakin menegang. Kemudian penisku mulai dikocok-kocok, semakin lama semakin kencang, dan pantatnya juga ikut digesekkan kebadanku. Tidak lama kemudian aku merasa badanku bergetar, terasa ada aliran hangat di seluruh tubuhku, aku merasa aku sudah hampir orgasme.
"Raannniii.. aku hampir keluar.." bisikku yang membuat genggamannya semakin erat dan kocokannya makin kencang.
"Aahh.. Ranniii.. uuuhh.. aahh.." akhirnya dari penisku memancar cairan yang menyembur kemana-mana. Badanku tersentak-sentak. Sementara penisku masih mengeluarkan cairan, tangan Rani tidak berhenti mengurut-urut, sampai rasanya semua cairanku sudah diperas habis oleh tangannya. Aku merasa sperma yang mengalir dari sela-sela jarinya membuat Rani semakin gemas. Spermaku masih keluar untuk beberapa saat lagi sampai aku merasa lemas sekali.

- - - - BERSAMBUNG - - -

Keluarin di Mulutku Saja ya ... 3





"Rani, kamu cantik sekali.." kataku dengan suara yang sudah bergetar, tapi Rani diam saja dengan muka semakin menunduk. Kemudian aku meletakkan tanganku di pundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi makin berani mengusap-usap pundaknya yang terbuka, karena tali dasternya sangat kecil. Sementara kemaluanku semakin menekan pangkal lengannya, usapan tanganku pun semakin turun ke arah dadanya. Aku merasa nafas Rani sudah memburu seperti suara nafasku juga. Aku jadi semakin nekad. Dan ketika tanganku sudah sampai kepinggiran buah dada, tiba-tiba tangan Rani mencengkeram dan menahan tanganku. Mukanya mendongak kearahku.

"Dodi aku mau diapain.." Rintihnya dengan suara yang sudah bergetar. Melihat mulutnya yang setengah terbuka dan agak bergetar-getar, aku jadi tidak tahan lagi. Aku tundukkan muka, kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya. Ketika bibir kita bersentuhan, aku merasakan bibirnya yang sangat hangat, kenyal, dan basah. Aku pun melumat bibirnya dengan penuh perasaan, dan Rani membalas ciumanku, tapi tangannya belum melepas tanganku. Dengan pelan-pelan badan Rani aku bimbing, aku angkat agar berdiri berhadapan denganku. Dan masih sambil saling melumat bibir, aku peluk badannya dengan gemas. Buah dadanya keras menekan dadaku, dan kemaluanku juga menekan perutnya.

Pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajah ke dalam mulutnya, dan mengait-ngait lidahnya, membuat nafas Rani semakin memburu, dan tangannya mulai mengusap-usap punggungku. Tanganku pun tidak tinggal diam, mulai turun ke arah pinggulnya, dan kemudian dengan gemas mulai meremas-remas pantatnya. Pantatnya sangat empuk. Aku remas-remas terus dan aku semakin rapatkan kebadanku hingga kemaluanku terjepit perutnya. Tidak lama kemudian tanganku mulai ke atas pundaknya. Dengan gemetar tali dasternya kuturunkan dan dasternya turun ke bawah dan teronggok di kakinya. Kini Rani tinggal memakai celana dalam saja. Aku memeluknya semakin gemas, dan ciumanku semakin turun. Aku mulai menciumi dan menjilat-jilat lehernya, dan Rani mulai mengerang-erang. Tangannya mengelus-elus belakang kepalaku.

Tiba-tiba aku berhenti menciuminya. Aku renggangkan pelukanku. Aku pandangi badannya yang setengah telanjang. Buah dadanya bulat sekali dengan puting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke buah dadanya. Dan ketika mulutku menyentuh buah dadanya, Rani mengerang lagi lebih keras sambil mendongakkan kepalanya, dan menekan pantat dan dadanya ke arahku. Nafsuku semakin naik. Aku ciumi susunya dengan ganas, putingnya aku mainkan dengan lidahku, dan susunya yang sebelah aku mainkan dengan tanganku.

"Aduuhh.. aahh.. aahh", Rani semakin merintih-rintih ketika dengan gemas putingnya aku gigit-gigit sedikit. Badannya menggeliat-geliat membuatku semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Tangan Rani kemudian menelusup kebalik bajuku dan mengusap kulit punggungku.

- - - BERSAMBUNG - - -